Lemas sudah menjalar ke seluruh tubuhku. Aku menyerah, tak sanggup. "Andaru," panggilku lirih. Entah lelaki itu mau mendengarkan atau tidak. "Tolong, jika ... aku ada salah, aku minta maaf." Aku selalu mengabulkan permintaan orang dengan kata "tolong" selama ini. Bisakah dia juga melakukan hal yang sama? "Tapi, aku benar-benar tidak tahu apa kesalahanku. Kalau ... gara-gara buku catatan itu membuatmu marah, tolong maafkan aku." Kenapa harus membahas buku itu, sih? Apa masalahnya dengan benda mati itu?
Aku tertunduk. Tubuhku benar-benar lemas. "Buku itu memang milikku. Aku tidak tahu bagaimana ceritanya buku itu ada dalam tasmu. Malam itu, buku itu ada di meja booth dan—"
Dan? Lemas dan cemas pada tubuhku bersatu dengan kaget. Aku mengangkat wajahku saat menyadari Andaru menarik tubuhku, mendekatinya. Aroma parfum dan aroma tubuh lelaki itu menyatu dalam indra penciumanku. Sepertinya mataku akan melompat dari rongganya saat berserobok dengan mata lelaki itu. Jantungku pun sepertinya akan ikut melompat dan terjun ke dasar kolam di sana. Astaga!
Bukan hanya mata dan jantungku yang bermasalah, juga tubuhku ini, yang tiba-tiba tak dapat kugerakkan. Seperti tombol pause-nya mendadak eror. Dinginnya angin malam hari di Kota Liwa benar-benar kurasakan tatkala lelaki itu melakukannya. Apakah Andaru baru saja menyesap secangkir kopi susu? Rasanya ini seperti kopi susu. Sungguh. Aku tak bohong. Manis, hangat, dan basah.
[Maaf, ya, a@pepayss ku promosi karyaku di sini. Siapa tahu kamu tertarik mampir ke Andanan Coffee dan memesan secangkir kopi hangat. Tak ada salahnya memesan, mencicipi, dan duduk di sudut ruang sambil menunggu seseorang yang sedang dirindukan.]
https://www.wattpad.com/story/303419623