phikkkaaa

Saat untuk melangkah keluar kamar kamu merasa takut. Takut dengan tatapan mereka yang ingin membunuhmu. Menusuk punggung rapuh milikmu. Padahal di dalam dirimu hanya tinggal tulang yang mengeropos terkikis rasa tertekan yang diam-diam menumpuk sepanjang harinya. 
          	
          	Masih mampukah kamu berjalan melewati mereka dengan keadaan emosi yang baik-baik saja? Melewati duri kaca yang runcing, meski kaki tertatih dan berdarah. Tak bisa berlari, hanya merayap seperti kehabisan tenaga.
          	
          	Lemas tak berdaya, tapi masih harus bertahan hidup demi sesuatu yang ingin kamu wujudkan. Sebuah harapan tak kasat mata, tapi harus diraih. Layaknya lubang bercahaya yang harus kamu gapai agar keluar dari rumah yang kau sebut neraka.

phikkkaaa

Saat untuk melangkah keluar kamar kamu merasa takut. Takut dengan tatapan mereka yang ingin membunuhmu. Menusuk punggung rapuh milikmu. Padahal di dalam dirimu hanya tinggal tulang yang mengeropos terkikis rasa tertekan yang diam-diam menumpuk sepanjang harinya. 
          
          Masih mampukah kamu berjalan melewati mereka dengan keadaan emosi yang baik-baik saja? Melewati duri kaca yang runcing, meski kaki tertatih dan berdarah. Tak bisa berlari, hanya merayap seperti kehabisan tenaga.
          
          Lemas tak berdaya, tapi masih harus bertahan hidup demi sesuatu yang ingin kamu wujudkan. Sebuah harapan tak kasat mata, tapi harus diraih. Layaknya lubang bercahaya yang harus kamu gapai agar keluar dari rumah yang kau sebut neraka.

ahnJoo08

Hallo, ini Biya. Khaliluna Anbiya. 
          Gadis lapuk di awal 30-an tahun yang masih enggan melepas masa lajangnya.
          
          Siapa peduli kalau orang-orang menyebutnya perawan tua? Mereka bahkan tak segan-segan menjadikan Biya sebagai pusat bisik-bisik dan perhatian.
          
          Tapi bagi Biya semua itu nggak penting. Toh gadis yang sudah menginjak umur kepala tiga itu selalu berprinsip "Selagi gue bahagia, persetan sama omongan orang."
          
          Begitulah sekiranya keyakinan teguh yang selalu Biya pegang. Lagipula nggak ada yang salah dari hidupnya. Lajang itu bukan AIB. Lajang jaman sekarang itu trendi. Right?
          
          Tapi kehidupan Biya yang terbilang aman dan bebas hambatan itu seketika jungkir balik saat Om Bagas memintanya mengisi posisi sekretaris menejer baru yang sekarang tengah kosong.
          
          "Aargh! JINGGA SIALAN!"
          
          .
          
          Askara Jingga. Bujang. 27 tahun. Songong, sombong, minus etika - dan anggap saja bisu. Tipikal bos-bos rese yang hobi menyiksa bawahan. Selalu sengit tiap kali menatap keberadaan Biya.
          
          Bagi lelaki blesteran Korea dan setengah surga itu, sosok Biya sudah seperti sumber dari segala macam masalah dan kesialan.
          
          "Kalau kamu manusia yang punya etika, kamu pasti tau namanya hukum timbal balik."
          
          Sial! Apalagi yang bisa Biya lakukan untuk mengembalikan hidupnya ke posisi semula - terbebas dari segala keruwetan ini? Kalau sepanjang hari dia harus berurusan dengan makhluk minus etika seperti Askara Jingga?
          
          Dibaca dulu gess..
          Pelan-pelan, tarik napas..
          Simpang di daftar bacaan..
          Tungguin notifikasi update..
          Siapa tau suka :)
          
          https://www.wattpad.com/story/234309515-ending-choice

phikkkaaa

Aku sudah tidak tau musti bercerita dimana.
          Saya sedang merasa sangat tertekan.
          Akun fb saya d bajak.
          Wa saya juga bukan saya yang memegang.
          Setress rasanya karna takut di salah gunakan.
          Sialnya aku kenal dengan hackernya.
          Ingin ku bunuh tapi manusia, ga di bunuh bikin nyesek aja.
          
          Pengen tau kisah selanjutnya?
          
          Hayuk kepoin.