Pagi tadi,ikut aksi demonstrasi. Hendak ikut menyuarakan desakan dan kekecewaan terhadap setumpuk undang-undang patriarki,dan undang-undang tak logis lainnya. Disana, bertemu dan berbaur dengan berbagai macam orang. Ada yang berteriak sampai menangis terisak, ada yang sibuk foto sana sini, ada yang celingak-celinguk kebingungan. Banyak sekali. Atributnya pun unik nan eye-catching. Ada yang bawa keranda, bawa HVS A3 dengan coretan yg ditulis penuh amarah, dan lain-lain. Semuanya begitu seru dan begitu mencipta rasa buncah, wah ternyata kita solid. Sampai ada petugas yang tiada angin tiada hujan lempar gas, lempar plastik isi batu, teriak, dan berpose siap tembak ke arah kita yang masih asik meneriaki gedung putih tinggi nan sepi penghuni.
Kemudian, sebuah plastik isi batu sebesar kepalan tangan memukul keras bahu kiriku, memar. Syukurnya tak ada darah. Setelah itu temanku memaksaku kembali, kemudian aku pergi dengan sejuta khawatir di telinga kanan dan kiri.
Harapanku cuma, aksi penuh asa ini digubris baik oleh aparat yang kini buta dan tuli itu dan teman-teman pejuangku selamat dan pulang tanpa luka lebar nan mencipta ringis iba penontonnya.
— dari aku, Demonstran 24 September.