reen-ruka

"Aku tidak tahu. Semua terasa—ah! Aku harus bagaimana?" Sedari tadi aku terus mengoceh, tetapi tidak satu pun yang terlontar sesuai dengan isi kepala. Apa yang kupikirkan dan apa yang kuucapkan, semuanya terlalu sulit untuk diselaraskan. Kusut! Pikiranku bak benang kusut.
          	
          	Lalu ketika angin malam dengan lembut membelai, kudengar sebuah tanya keluar dari mulut Su; seorang pemuda berkulit pucat yang entah kenapa belakangan sering mengobrol denganku. "Mau melihat senyumku?" tanyanya.
          	
          	Tentu saja aku bingung. 
          	
          	"Apa maksudmu?" Aku balik bertanya dengan kerutan di dahi.
          	
          	"Senyumku menenangkan, bukan?" tanya Su. "Aku tahu kau menyukainya."
          	
          	–lngtmlm1937/anf2