"Aku tahu. Dan kembali terulang. Kini, aku menyerah" batinnya berteriak. Tak hanya tak diterima oleh keluarganya, abangnya, kini regan juga sama. Bahkan sekarang ia tak lagi boleh pulang. Arel menangis, menumpahkan semuanya tanpa lagi bersembunyi membuatnya menjadi sorotan semua orang. "Sakit, sakit!" Ia terus berteriak, membentur-benturkan keningnya keaspal sampai dokter dan perawat datang membawanya kembali kekamar.
...
Arel menatap kosong, semuanya terasa hampa tak ada harapan. Kenapa disaat ia mulai mau menerima sesuatu ia malah kehilangan itu? Kini kepercayaannya pada Tuhan meragu, apa ia tak bisa menyogok Tuhan agar memberinya kisah bahagia saja?
-A yang mewakili kita