~A Short Story~
Pagi itu, langit tampak sendu. Terlihat seorang anak kecil duduk di depan toko roti. Matanya berbinar memandang roti-roti yang dipajang di dalam toko. Sambil menelan ludah, ia memegang perutnya, lalu berkata
"Sabar ya perut, nanti kamu bisa makan kok. Aku aja masih kuat, masa kamu ngga kuat? Harus kuat, ya." Ucapnya pelan sambil mengusap-usap perutnya.
Angin mulai berembus hingga menusuk kulitnya. Langit sepertinya akan menumpahkan air matanya. Anak itu mendongak ke arah langit, sambil menatapnya sendu.
"Langit, jangan nangis dulu. Aku belum ada tempat berteduh. Jangan nangis dulu, ya? Kamu itu kuat kok. Buktinya, kamu bisa tetap disana walaupun ada badai."
Seseorang di dalam toko melihat anak itu berbicara sendiri. Bertanya dalam hati, "Apa anak itu tidak punya tempat tinggal?" Kemudian mengalihkan pandangan pada langit. Lalu memandang anak kecil itu lagi.
"Dek, masuk dulu yuk, udah mau hujan." Ajaknya ramah pada anak itu akhirnya. Anak itu menoleh, menatap lamat pemuda di depannya.
"Boleh, kak?" Tanyanya.
"Boleh kok, ayo masuk dulu. Nanti kamu kehujanan, terus sakit." Mata anak itu berbinar. Ia mengangguk dan mengikuti pemuda itu masuk ke toko.
Matanya melihat sekeliling. Tanpa sadar, mulutnya terbuka. Aroma roti dari dalam toko ternyata lebih lezat. Tanpa sengaja, "bgrrbgrrbgrr" (anggep aja suara perut)
Pemuda di depannya spontan tertawa. "Kamu laper, ya? Sini-sini, ikut kakak." Ujarnya sambil menarik tangan anak itu.
"Nih, buat kamu. Inget, baca doa dulu." Anak itu mengangguk, mengambil roti pada tangan pemuda itu kemudian duduk di dekat tembok. Diam sebentar untuk berdoa, kemudian mulai melahap roti itu.
"Makasih, kak. Rotinya enak." Ucapnya riang sambil menggigit roti itu kembali.
"Sama-sama." Jawab pemuda itu sambil mengelus lembut pucuk kepala anak kecil tadi.