(2/2)
"Bukankah kamu sedang jatuh cinta?"
"Tapi aku bukan remaja." jawabku sambil menyeruput kopi entah yang keberapa itu.
"percayalah dengan ucapanku yang terdengar sangat tidak masuk akal ini."
"Lalu bagimana?" Ku menyenderkan punggungku sambil melipat tangan, seakan enggan untuk me dengarkan.
"seperti yang ku bilang tadi. Itu serpihan masa lalumu. Tersimpan baik. Bahkan setelah berganti hidup kau masih mampu mengingatnya."
"Kemudian? Apa yang harus ku lakukan? Hal itu semangkin mengangguku"
"Cari orang itu. Itu kuncinya." Jawabnya serius.
"Kau... jangan bercanda! Mana mungkin aku menemukan orang yang bahkan aku tak tau siapa namanya!"
"mimpi itu pertanda.."
"Ini omong kosong.. sud--"
"maaf, memotong. Aku ingin berbicara perihal mimpi itu.." ucap seorang gadis asing itu.
(Dan seketika aku terdiam. Dia. Itu dia yang berada didalam mimpiku. Baju itu. Senyum itu. Suara itu. Mustahil. Ku tarik nafas panjang)
"Baiklah. Silahkan duduk." Ucap kawanku dengan ku yang memandang sang gadis.
(Dan nyata, larut malam itu berganti dengan larut malam di hari-hari berikutnya, dengan dia yang duduk berhadapan dengan ku, secangkir kopi, dan senyum merona di wajah ku)