Hari ini, tepatnya sudah seminggu. Kucing yang sudah membersamaiku selama hampir delapan tahun, kini sudah pergi. Untuk selamanya. Kalian yang sudah membaca novelku "Somewhere in Between" itu, pastinya telah membaca bab ke dua di sana. Aku memasukkan dua karakter kucingku, sebagai cameo. Aku namai kunyit dan jahe sebagai samaran, yang aslinya kunyit adalah koneng, dan jahe adalah hideung. Dari mereka, konenglah yang sudah pergi minggu lalu. Karena sakit, hingga kondisinya terus turun.
Maaf diriku malah curhat. Sebab kali ini aku, bahkan ibuku, benar-benar merasa kehilangan. Kami berdua bahkan tidak bisa menyembunyikan rasa sedih, dengan menangis. Ketika aku menikah dulu, ibu bahkan tidak terlihat menangis. Tetapi kali ini kami berdua kalah, kami yang selalu coba menutupi kelemahan, akhirnya nangis sambil membuang muka satu sama lain, karena canggung (tapi secara bersamaan tdk bisa nahan air mata juga)
:"(
Begitulah, agaknya hideung pun merasakan kedukaan yang sama. Ketika koneng aku kuburkan, dia tidak pergi ke mana-mana, dan menunggui kuburan (yg letaknya di samping rumah) cukup lama. Sampai ibuku menegur dia, bertanya, kenapa masih di situ, kenapa tidak main (karena kebiasaannya sudah makan, kalo tidak berjemur ya ngelayap)
Koneng meninggalkan bekas yang begitu dalam. Adegan yang aku gambarkan di novel memang benar kisah nyata, koneng dan hideung jadi musuh bebuyutan di usia dua tahun. Padahal mereka saudara kandung, tapi menginjak umur enam tahunan, konflik di antara mereka lambat laun menurun. Dan benar benar damai menjelang usia delapan tahun kini.
Kepada Allah Subhanahu Wataala, aku benar benar bersyukur telah mengirimkan ke dua kucing itu di rumahku. Alhamdulillah. BerkatNya, aku selalu punya bahan obrolan dengan ibuku, walaupun hanya tentang kucing, tentang si koneng si hideung.
*jadicurhat :")