sitisujatmiko

Aku memikirkan permulaan pembicaraan yang tepat dengan Evans yang tengah duduk di hadapanku. Mengingat banyak orang yang ada disini, membuatku curiga kalau ada satu atau dua orang yang ikut menyimak pembicaraan kami.
          	“Mereka tidak suka menguping.”
          	Aku mengerjapkan mataku, lalu berdehem,“Ini tentang Anna.”
          	Evans tidak merespon, gestur tubuhnya menunjukan bahwa ia sedang mendengarkanku.
          	“Beberapa hari yang lalu, ia menceritakan tentang kehidupannya. Ia bercerita tentang orang tuanya yang meninggal ketika ia berumur 7 tahun, dan ia menemuka seseorang yang dicintainya. Aku rasa itulah hal yang paling membedakan, aku dengan Anna,” aku menyesap minumanku pelan. 
          	“Aku rasa Anna tidak akan menginginkannya. Maksudku..” aku mengenghentikan perkataanku, ragu
          	
          	
          	Selamat membaca Hopeless to Happiness selengkapnya yaa :))
          	Ps: Kalau blm baca part sebelumnya, silahkan baca juga ;)

sitisujatmiko

Aku memikirkan permulaan pembicaraan yang tepat dengan Evans yang tengah duduk di hadapanku. Mengingat banyak orang yang ada disini, membuatku curiga kalau ada satu atau dua orang yang ikut menyimak pembicaraan kami.
          “Mereka tidak suka menguping.”
          Aku mengerjapkan mataku, lalu berdehem,“Ini tentang Anna.”
          Evans tidak merespon, gestur tubuhnya menunjukan bahwa ia sedang mendengarkanku.
          “Beberapa hari yang lalu, ia menceritakan tentang kehidupannya. Ia bercerita tentang orang tuanya yang meninggal ketika ia berumur 7 tahun, dan ia menemuka seseorang yang dicintainya. Aku rasa itulah hal yang paling membedakan, aku dengan Anna,” aku menyesap minumanku pelan. 
          “Aku rasa Anna tidak akan menginginkannya. Maksudku..” aku mengenghentikan perkataanku, ragu
          
          
          Selamat membaca Hopeless to Happiness selengkapnya yaa :))
          Ps: Kalau blm baca part sebelumnya, silahkan baca juga ;)

sitisujatmiko

Anna mengayunkan tubuhnya riang. Taman bermain di tengah kota memang bukan pilihan yang jelek untuk sekadar melupakan kesedihannya, sebentar saja.
          Hari itu adalah waktu bagi Anna untuk menyadari sepenuhnya bahwa ia tidak sedang bemimpi buruk. Satu bulan yang lalu memang nyata.
          
          “Hari ini Anna akan menjadi seorang kakak...”
           “Apakah kau sudah siap, sayang?”
          Anna terdiam mendegarkan pertayaan Ibunya. Anna memainkan rambut coklat ikalnya dengan gugup, “Aku tidak yakin, Bu...”
          Ibu Anna tersenyum kemudian mengecup kening Anna,
          “Dengar. Apapun yang terjadi nanti, Anna harus bisa menghadapinya. Ibu percaya Anna akan menjadi gadis yang baik, dan tentu saja bisa menjaga Ann,”
          
          Yha baca lanjutannya di bagian Part 9 "Hopeless to Happiness" ya! Terima kasih. Selamat membaca:))