Semua orang sibuk ingin mencari undertone ungu biar dibilang putih.
Aku gak perlu mencarinya.
Aku sudah punya ‘ungu’ di bawah kulitku, tapi bukan karena cantik.
Bukan karena estetik.
Ungu itu datang saat tubuhku kehabisan darah.
Ketika anemia menyapaku, aku berubah.
Kulitku memucat, nadiku ungu, dan mataku kehilangan cahaya.
Bahkan kukuku pun ikut berpartisipasi, berubah putih seolah ikut menyerah.
Tapi aku bukan vampir.
Vampir takut matahari, sedangkan aku membutuhkannya untuk tetap hidup.
Vampir memilih darah segar, sedangkan aku diberi kantong darah yang tak bisa kutolak.
Dan percaya padaku, darah tidak pernah terasa seenak itu.
Ruam merah yang perih, sesak nafas yang menyakitkan, atau air mata yang jatuh.
Belum lagi jika stok kantong darah rumah sakit sedang kosong :/
Lucu ya, orang lain ingin terlihat lebih putih, sedangkan aku berharap punya sedikit warna.
Sedikit saja merah di pipi, tanpa harus berbaring di ranjang rumah sakit.
Sedikit saja energi, tanpa harus dihantui angka HB yang selalu terlalu rendah.
Setiap kali aku merasa sedikit lebih baik, anemia datang lagi, mengingatkanku siapa aku.
Jadi, kalau kamu berpikir hidupku menarik seperti cerita vampir,
Coba saja bertukar posisi denganku sehari.
Rasakan bagaimana rasanya hidup dengan tubuh yang tidak pernah benar-benar utuh.
Aku janji, kamu pasti akan merindukan darahmu sendiri.