softyoons

i just wrote two different stories. 
          	
          	Dua-duanya punya tantangan tersendiri, sih, buat gua. 
          	
          	Di dalam 'Borrowed Hoodie' kisahnya masih terbilang ringan, fluffy. Karena gue sendiri adalah penikmat fiksi anti konflik yang berat. Gue suka cerita ringan yang konfliknya bisa selesai dalam 2-3 chapter aja. Dan tantangan dalam menulis ini gak begitu berat selain menjaga kekonsistenan. Ketika semangat gue membara dengan begitu tinggi, itu adalah kesempatan gue buat terus nulis karena kalau sudah malas, gak akan selesai hahaha. 
          	
          	Di sisi lain, gue suka banget film slice of life yang gak banyak backsound. Gue suka tema yang mengangkat mengenai mental helath dan depresi berat. Hal itu bikin gue mikir buat gak pernah judge orang depresi dengan embel-embel kata lebay atau alay cuma karena mereka barc0de (sayat tangan). 
          	
          	Gue akhirnya memberanikan diri buat bikin 'Echo of Us' yang bahkan lebih berat dari first story yang gua bikin. Tantangannya jelas lebih besar selain dari konsisten. Gua harus tetap bisa menjaga tone cerita biar tetap hidup dan enak dibaca sama orang lain, nggak maksa, transisi dari waktu ke waktu harus smooth, percakapan juga harus dijaga biar gak terlalu melankolis dan puitis. 
          	
          	Sebenarnya dalam 'Echo of Us' ini gue mau lebih banyak menyuarakan soal orang-orang yang kena mental, sih. Mungkin untuk cerita kali ini, gue belum berhasil bawa emosi pembaca, tapi semoga next fiction gue bisa bikin pembaca ngerasain apa yang gue ceritain. Its kinda fun tho. 

softyoons

i just wrote two different stories. 
          
          Dua-duanya punya tantangan tersendiri, sih, buat gua. 
          
          Di dalam 'Borrowed Hoodie' kisahnya masih terbilang ringan, fluffy. Karena gue sendiri adalah penikmat fiksi anti konflik yang berat. Gue suka cerita ringan yang konfliknya bisa selesai dalam 2-3 chapter aja. Dan tantangan dalam menulis ini gak begitu berat selain menjaga kekonsistenan. Ketika semangat gue membara dengan begitu tinggi, itu adalah kesempatan gue buat terus nulis karena kalau sudah malas, gak akan selesai hahaha. 
          
          Di sisi lain, gue suka banget film slice of life yang gak banyak backsound. Gue suka tema yang mengangkat mengenai mental helath dan depresi berat. Hal itu bikin gue mikir buat gak pernah judge orang depresi dengan embel-embel kata lebay atau alay cuma karena mereka barc0de (sayat tangan). 
          
          Gue akhirnya memberanikan diri buat bikin 'Echo of Us' yang bahkan lebih berat dari first story yang gua bikin. Tantangannya jelas lebih besar selain dari konsisten. Gua harus tetap bisa menjaga tone cerita biar tetap hidup dan enak dibaca sama orang lain, nggak maksa, transisi dari waktu ke waktu harus smooth, percakapan juga harus dijaga biar gak terlalu melankolis dan puitis. 
          
          Sebenarnya dalam 'Echo of Us' ini gue mau lebih banyak menyuarakan soal orang-orang yang kena mental, sih. Mungkin untuk cerita kali ini, gue belum berhasil bawa emosi pembaca, tapi semoga next fiction gue bisa bikin pembaca ngerasain apa yang gue ceritain. Its kinda fun tho. 

softyoons

Echo of Us (Yoonmin) 
          
          Echo of Us atau Gemaan Kami adalah kisah yang menceritakan tentang perjuangan, perjalanan hidup, tantangan, mental health, pandangan sosial, dan cinta. 
          
          Menceritakan tentang Yoongi-- pengamen jalanan karena studionya mengalami kebangkrutan-- bertemu dengan Jimin, yang bisa dibilang memiliki kisah serupa. 
          
          Takdir seolah membawa mereka naik rollercoaster. Mereka tidak bisa menebak, apakah hal yang mereka impikan akan membawa mereka setinggi langit, atau membalikkan hidupnya serendah tanah. 
          
          

softyoons

Borrowed Hoodie (Yoonmin) 
          
          Kisah ringan antara Yoongi yang awalnya sebal karena hoodie-nya dipakai Jimin--teman serumahnya--tanpa izin. Menceritakan tentang keseharian mereka yang awalnya dekat karena perjanjian ganti rugi, berakhir dekat dan saling mencintai tanpa kata.