Langkah kaki terasa berat ketika netra menelisik sekitar, Rydeht berjumpa kembali dengan wajah yang asing. Orang itu mendekat dengan ekspresi ceria selagi menuturkan kata-katanya mengenai trend baru-baru ini. Sebuah game VRMMORPG baru saja dirilis, dan itu membuat heboh fanatik Etherdia di seluruh dunia.
"Oh ya? Hm, aku tak terkejut. Begini Hendra, aku punya prioritas lain, tidak ada gunanya menekuni game yang kamu maksud. Lain waktu saja, ya."
Hendra tertunduk diam membisu. Ia hanya mendesah geram, menatap Rydeht penuh ambisi, kemudian sigap mencengkram kerah Rydeht memaksa pemuda itu bagaimanapun juga harus ikut ke sana.
"Rydeht jangan keras kepala, kamu tidak lihat gantungan kunci ku? Pedang ini, kristal ini, dan peti harta karun, hidup mati ku ada pada Etherdia. Aku mengabdi kepadanya, bahkan darahku mengalir atas dasar semangat Etherdia."
Rydeht habis kesabaran. Meredam asap di benaknya dengan helaan napas, berpikir Etherdia sama sekali tidak penting untuknya. Mula-mula Rydeht keras kepala, namun Hendra terus memaksa akhirnya menurut juga.
Meski begitu, Hendra tidak berhenti nyerocos perihal lebih kurangnya klas-klas pengguna Etherdia. Pendekar yang lemah dengan tipe jarak jauh Glass Breaker. Shaman yang gila-gilaan taktik begitu tempur melawan Mage. Assassins yang tidak selalu bisa diandalkan kecuali usernya memiliki fisik yang lincah. Terakhir, Cleric yang ampuh melawan unsur gelap seperti roh.
"Aku hanya ingin hidup dengan tenang, bisakah kamu lenyap satu hari di hadapanku?" Balas Rydeht.
***