Pagi semua,
Bagaimana kabar kalian? Aku baik-baik saja, cuma, akhir-akhir ini aku agak... kacau. Banyak plan yang sudah aku susun dengan rapi, menjadi hancur, satu demi satu. Aku selalu menyusun masa depanku, dalam benak ataupun tulisan. Aku selalu punya rencana. Tapi kali ini, banyak hal berjalan tidak sesuai dengan harapan. Yang paling parah adalah janjiku...
Pada para pembaca, pada diriku di masa depan, pada para tokohku... yang sudah menunggu dengan sabar, bagaimanakah aku akan mengukir jalan hidup mereka. Tantangan apa yang harus mereka hadapi nanti? Aku berjanji untuk memberikan kepastian, tapi janjiku berujung kekecewaan. Sudah dua bulan lebih aku tidak menulis novel. Dua bulan... adalah waktu yang sangat lama mengingat aku pernah menulis dua ribu kata dalam satu hari.
Dulu, aku pikir, aku sudah berubah. Aku mampu menaklukkan segala hal yang kupikir tidak mampu kulakukan. Nyatanya aku masih sama... aku bukan penulis profesional seperti yang selalu aku idam-idamkan. Masih amatir... tapi ambisius.
Inilah yang sekarang sedang kulakukan. Memperbaiki rencanaku, karena masa depanku dipertaruhkan. Hidup berjalan, mengalir seperti air itu omong kosong ketika kau punya banyak ambisi. Aku tidak bisa menjalani hidupku seperti itu. Harus ada tujuan, tempat pemberhentian, atau seberapa cepat aku ingin “air-ku” mengalir. Harus aku yang mengatur arus airku sendiri. Hidupku ada di tanganku. Jadi, aku selalu menyusun jadwal dan rencana. Dengan begitu, aku tidak membiarkan hidupku berjalan berantakan dan tidak beraturan.
Menyusun kembali rencana yang sudah berantakan memakan waktu yang tidak sedikit. Sambil menyusun ulang rencanaku, aku melakukan banyak kegiatan selain menulis novel... mulai dari mengikuti lomba, menulis blog, menjadi volunteer, dan fokus pada kegiatan sekolahku untuk persiapan ujian masuk ke universitas.
Semoga surat ini sampai di tangan kalian, terima kasih karena sudah mau membaca dan mendengarkan ceritaku sampai sekarang.
Wholeheartedly,
Zulfa