wajahmu itu menipu, meski kaku dan lugu, dapat kutemukan keceriaan yang tak leluasa. tertahan, pemalu, dan membisu. sampai beranjak dewasa pun, dirimu engga bebas, tetap menjadi pemalu yang memuakkan. sampai kupikirkan saban hari, seperdua windu, bahkan bermiliar-miliar kilo jarak akan nafsumu yang tinggal dikungkung lumut; dalam curam, lembah-lembah busuk di telaga itu dijerat dengan pemikiran kolot, alih-alih tergiur mempergunakan akal. terkadang aku terpikir, "bagaimana bisa kau sedungu itu? sama sekali tak tergiur akan misteri dunia yang benar-benar misterius?" tapi itu bukanlah jalan keluar, melainkan angan-angan saja, sebab kamu sendiri tolol mengendalikan dirimu sendiri.