"Karena pasti dia akan kalah jika bersaing denganmu."
"Matahari itu tak terkalahkan." Fiqa semakin kesal dengan ucapan Gavin yang semakin tidak jelas.
"Itu!" Gavin dengan lantangnya menunjuk mata Fiqa. "Matahari saja tenggelam di matamu dan mengaku kalah."
Huh! Itulah Gavin, seorang anak bandel yang selalu aku jauhi, tapi selalu punya cara tersindiri untuk menghiburku yang sedang patah hati. Dia yang rela di hukum karena memberikan topinya untukku ketika aku lupa membawanya saat upacara, dia yang rela di jemur karena memberikan buku tugasnya padaku ketika aku tidak mengerjakan PR, dia yang rela hujan-hujanan menggendongku sambil berlari mengejar Ibuku yang akan berangkat keluar negeri, dia yang mengajariku berhijrah, dia juga memberiku warna yang berbeda. Dia, anak bandel dengan difat istimewanya.
Tapi sayang, anak bandel yang membawa sejuta kejutan itu sekarang pergi di saat aku mulai jatuh cinta dengannya. Menyisakan kenangan yang TERLALU INDAH untuk dilupakan. Gavin pergi karena aku akan dijodohkan dengan Davi, mantan pacarku sendiri, entah kenapa ia memilih menjauh dariku. Padahal aku masih bisa menganggalkan perjodohanku dan meimilih dia.
Kini saat aku sudah lulus sekolah, ketika aku kuliah aku kembali melihat dia. Gavinku, teman SMA-ku yang paling bandel. Mengenakan jersey merah-putih dengan lambang garuda di dadanya, di televisi, membela negara Indonesia di ajang Internasional. Dulu jika dia yang berkorban demi aku, sekarang gantian aku yang akan berkorban demi dia. Gavinku, Gavin Alvino Frinzy.
https://my.w.tt/Lk6m6EQYTR