angsabetina

Haii, izin promosi kak ^3^. 
          
          Haiii temen-temen! ✨
          Aku lagi nulis cerita berjudul ʟᴇʟᴀᴋᴏɴ sᴀɴɢ ᴘʀɪʙᴜᴍɪ ᴅᴀɴ ɴᴏɴᴀ. Tentang kisah anak pribumi dan nona Belanda di masa kolonial yang nyentuh banget… ada cinta, luka, dan rahasia yang nggak semua orang tahu .
          
          Kalau kalian suka cerita dengan nuansa jadul, bumbu romansa yang manis tapi juga getir... ini cocok bangeet buat kalian baca! 
          
          Yuk bantu aku dengan vote, komen, dan follow yaa~
          Biar aku makin semangat lanjutin kisah mereka 
          Makasih banyaaak yang udah support! . Aku terima voteback darii kalian, kabari di wall aku yaa. Thank you♡
          
          https://www.wattpad.com/story/391988585?utm_source=android&utm_medium=link&utm_content=story_info&wp_page=story_details_button&wp_uname=angsabetina

Aurora_villee

Permisi kaa, voteback ya di 2 cerita aku, makasih oh ya izin sekalian promosi
          
          Haloo ka izin promosi yaa, kalau menganggu bisa di hapus
          
          Kalian mau baca cerita angst tentang saudara?, wopss tunggu aku adaa rekomendasi ceritaku :3 tenang ajaa seruu koo, aku up sesuai mood meski sepi bakal aku up pokokna-!! 
          
          barang kali kalau kalian minat baca, bisa dibaca ya :3
          
          Terima kasih
          :33
          
          https://www.wattpad.com/story/391433242?utm_source=android&utm_medium=link&utm_content=share_writing&wp_page=create&wp_uname=Aurora_villee

Lu_readmind

Permisi mau Promosi, boleh ya… 	
          ----	
          Kami terbangun karena suara alarm yang terus menerus.
          Aku diam sejenak memperhatikan Davi yang terburu-buru. Aku menyelimuti tubuhku sambil bersandar di kasur. Aku menunggunya mengatakan sesuatu tapi dia seperti tidak mempedulikan keberadaanku "Davi," panggilku akhirnya.  
          Dia menoleh lalu berjalan ke sebelahku untuk mengambil jam tangan dan handphone di nakas. Dia menarik nafas berat ketika mata kami bertemu pandang, caranya melihatku seperti orang putus asa. Aku masih menunggu reaksinya. "Jullie kita nggak pakai pengaman." 
          "Iya.." 
          Dia menelan ludah, menunduk sejenak, matanya memperlihatkan kegelisahan. "Jull. Maafin aku..." 
          Tiba-tiba aku bisa membaca kemana arah pembicaraan kami. Semua yang dimulai dari maaf berakhir mengecewakan!
          "Ini salah banget! Aku harap kamu bisa ngelupain malam ini." Dia menatapku sungguh-sungguh.
          Aku tidak bereaksi.
          "Aku ingin kita sepakat bahwa tidak terjadi apapun di antara kita. Kita cuma menghabiskan malam bersama. Tidak ada rasa di antara kita, benar?" 
          Aku menggigit bibir bawahku, menahan amarah dan air mata yang ingin kutumpahkan detik itu juga. Rasanya ingin berteriak untuk menjawab pertanyaannya tapi dia tidak butuh responku, dia menganggukan kepala singkat lalu berpamitan pergi.  
          Tidak ada rasa diantara kita? Tidak ada? 
          Aku tertawa dingin, tawa itu diiringi oleh air mataku. Bisa-bisanya dia memutuskan sendiri bahwa aku tidak memiliki perasaan apa-apa padanya tanpa bertanya dulu. 
          Lalu bagaimana dengan aku, bagaimana dengan tubuh telanjangku yang ditinggalkan tanpa penghargaan, tanpa maaf, tanpa perbincangan? Aku tidak ada bedanya dengan kondom di tong sampah, habis dipakai dibuang. 
          ————————
          MAAF YA KALO PROMOSINYA KEPANJANGAN PIS ✌️
          https://www.wattpad.com/story/311846801-single-father-number-225