Mesej kali ini pendek, namun cukup membuatkan seluruh tubuhnya menggeletar. Dahlia perlahan-lahan menunduk ke bawah, ingin mengingat kembali warna pyjama satin yang dipakainya.
Maroon.
Liur ditelan terasa kesat. Bagaimana si pengirim mesej tahu warna pakaiannya ketika itu?
Jangan-jangan...
Tiba-tiba terasa bulu roma di belakang tengkuknya menegak. Bahagian tilam di belakangnya pula terasa berat, berat seperti diduduki seseorang. Serentak dengan itu, bau haruman maskulin menyapa derianya.
"Looking for me sayang?" Belum sempat Dahlia berbuat apa-apa satu suara berbisik perlahan pada telinga belah kanannya. Serentak dengan itu, dirasakan sesuatu yang runcing, namun permukaannya sejuk menyentuh belakang lehernya.
A cold, sharp metal.
A knife.
"Who, who are you?" Dahlia kaku saat pisau itu menyentuh kulitnya, namun dalam mindanya ligat memikirkan jalan untuk dia melepaskan diri.
Ada ketawa perlahan yang menyembut soalannya. Sungguh bunyi ketawa itu sungguh menyakitkan hati. It's taunting her."Who am I? I could be both, the devil and the angel, it depends. But for now, you can call me your devilish angel, love. And I would love to bring you down to your knees, falling from your grace." Lelaki itu senyum senget.
She made the devil fall for him, and now he's pulling her down with him.