Ketika semua berjalan mengikuti arus.
Seokjin hanya terdiam, memperhatikan apa pun yang terjadi di sekelilingnya.
Melihat hal-hal kecil, yang mungkin akan berdampak besar pada masa berikutnya.
Apalah daya, ia hanya bisa melihat, tanpa menyentuh dan memperbaikinya. Jika saja ialah arus kehidupan, mungkin semua akan berjalan lebih mudah. Memperbaiki kesalahan kecil, kesalahan besar, atau bahkan kejadian yang kurang sempurna.
Seokjin tau, hidup tidak ada yang sempurna. Hanya saja manusialah yang menuntut adanya kesempurnaan. Tidak heran bukan, orang perfeksionis diberi jabatan tinggi, padahal hanya sifatnya saja yang perfeksionis, belum tentu ia mengerjakan pekerjaannya sendiri dengan perfeksionis. Tugasnya hanya memerintah orang agar membuat hal sempurna.
Apakah ia tak tau? Sesuatu yang sempurna belum tentu baik. Seokjin hanya butuh ketulusan. Tapi, apa tulus memunculkan rasa kecewa? Apa ketulusan memunculkan rasa dendam? Apa ketulusan memunculkan rasa sedih?
Tidak! Tulus itu dimulai dari kebahagiaan dan di akhiri dengan ke bahagiaan. Memang tidak akan seindah kata sempurna. Tapi, kesempurnaan belum tentu membuat kebahagiaan.
-Kwan