"Yah udah, sekarang gue nanya kenapa kita keluar dari sekolah? Kenapa tiba-tiba lo mau cabut? Kenapa hari ini lo ngeselin? Kenapa lo berubah jadi cuek? Kenapa lo nggak peduli lagi ke gue? Kenapa lo harus jadi kakak gue? Kenapa, hah?!"
Antara sadar dan tidak sadar, beberapa dari pertanyaan itu adalah pertanyaan yang ingin Miya dengar jawabannya langsung dari Meron.
Meron menghentikan mobilnya secara tiba-tiba. Membuat Miya terjungkal ke depan hingga Terbentur bagian depan mobil. Yah, disini memang sepenuhnya salah Miya, karena tidak kembali mengunakan sabuk pengaman setelah tadi ia melepasnya.
"Aakhhh!" teriak Miya.
Meron yang melihat Miya ke bentur dengan cepat menarik Miya menjauhi bagian depan mobil.
Menyentuh kepalanya, Miya merasakan sakit tapi tidak sesakit yang dirasakan hatinya.
"Sakit?" tanya Meron lembut yang melihat kening Miya berwarna ungu kemerah-merahan.
"Miya, apa sakit?" tanya Meron lagi.
"Miya?" panggil Meron disaat tidak ada sahutan dari Miya.
Seketika Miya ngelag, sampai sebuah usapan menjalar di pipinya.
Menelan saliva dengan susah payah, Miya tambah Ngadi-ngadi dalam berfikir.
"Miya?!" panggil Meron kesal sambil menyentuh luka Miya dengan sengaja.
"Aakhhh sakit Meron!"
"Rasain, di lembuti nggak nyahut. Sampai akhirnya nyahut pas nih luka di sentuh." geram Meron menyentuh luka Miya kembali.
"Aakhhh Bunda sakit!!" teriak Miya kesakitan.
"Bunda nggak ada, cuman ada gue disini."
"Uhk.. iikhss... iikhss sakit." rengek Miya manja seperti anak kecil.
https://www.wattpad.com/story/238657361