QiaoCao

Semua akan berubah seiring berjalannya waktu, bahkan permata merah ruby yang dulu selalu terlihat menawan dan cantik dengan kilaunya, kini mata itu kehilangan cahayanya, berubah menjadi lubang darah yang sangat dalam dan dalam, menjadi gelap dan kesepian. Tapi satu-satunya hal yang tidak berubah adalah hati seseorang yang datang dari masa lalu untuk menagih hutang padanya.
          https://www.wattpad.com/story/304223138

reniar15

this message may be offensive
https://my.w.tt/j1vpAhn9tZ
          
          "Beneran gue kunciin lo digudang! Cuman ngasih tahu aja sekolah udah sepi, jarang ada yang berani juga kesini dan lo-" dia mengambil ponsel disaku depan seragamku, membuatku berjenggit kaget dan melotot ingin membunuhnya. Bagaimana tidak? Saat mengambil ponselku tangannya menyentuh aset berhargaku. Dia menyeringai lebar sembari menyentuh tangannya yang tadi menyentuh asetku. Membuatku tak tahan untuk tidak menendangnya.  Meleset. Dia lebih dulu menghindar. "Gak akan bisa minta tolong." Tama mendekatkan wajahnya meniup poniku. Kurang ajar sekali...
          
          Dia memutar ponselku ditangannya. "Yakin gak mau jadi cewek gue?"
          
          Aku mengangguk mantap tanpa pikir panjang. "Yakin seribu persen!"
          
          Shit dia mengumpat. Wajahnya memerah, rahangnya mengeras menahan amarah. Menendang kursi lapuk disampingku dengan keras kemudian terus menatapku. Aku melipat kedua tanganku didepan dada, mengangkat wajah angkuh, menatapnya rendah.
          
          "Kenapa lo gak mau jadi cewek gue dan lebih milih dikurung digudang hah? Lo gak tahu banyak yang ngantri pengen jadi cewek gue?!"
          
          Tentu saja aku tahu. Tapi siapa yang peduli? "Kalo banyak yang ngantri kenapa lo ngebet banget pengen gue jadi cewek lo?" Jawabku sensi.
          
          Ckk dia berdecak kesal. "Kalo gue maunya lo ya lo!" Dia menunjukku. Ku tepis telunjuknya kasar semoga saja sampai keseleo.
          
          "Jadi cewek gue!"
          
          "Nggk!"
          
          "Jadi cewek gue!"
          
          "Nggk!"
          
          "JADI CEWEK GUE KAREN!" Kali ini dia berteriak.
          
          "OGAH!!" Aku balas berteriak.
          
          Kami sama-sama terengah. Aku mendelosor duduk dilantai kemudian mengeluarkan cermin kecil yang selalu kubawa. Merapikan rambutku santai.
          

jimiernando

terimakasih telah menambahkan ceritakuke dalam daftar bacaanmu.
          terus suport ya terimakasih.
          aku punya cerita baru, coba di cek ya :)

reniar15

this message may be offensive
@ jimiernando  https://my.w.tt/j1vpAhn9tZ
            Mampir ke cerita aku yuk
            
            "Beneran gue kunciin lo digudang! Cuman ngasih tahu aja sekolah udah sepi, jarang ada yang berani juga kesini dan lo-" dia mengambil ponsel disaku depan seragamku, membuatku berjenggit kaget dan melotot ingin membunuhnya. Bagaimana tidak? Saat mengambil ponselku tangannya menyentuh aset berhargaku. Dia menyeringai lebar sembari menyentuh tangannya yang tadi menyentuh asetku. Membuatku tak tahan untuk tidak menendangnya.  Meleset. Dia lebih dulu menghindar. "Gak akan bisa minta tolong." Tama mendekatkan wajahnya meniup poniku. Kurang ajar sekali...
            
            Dia memutar ponselku ditangannya. "Yakin gak mau jadi cewek gue?"
            
            Aku mengangguk mantap tanpa pikir panjang. "Yakin seribu persen!"
            
            Shit dia mengumpat. Wajahnya memerah, rahangnya mengeras menahan amarah. Menendang kursi lapuk disampingku dengan keras kemudian terus menatapku. Aku melipat kedua tanganku didepan dada, mengangkat wajah angkuh, menatapnya rendah.
            
            "Kenapa lo gak mau jadi cewek gue dan lebih milih dikurung digudang hah? Lo gak tahu banyak yang ngantri pengen jadi cewek gue?!"
            
            Tentu saja aku tahu. Tapi siapa yang peduli? "Kalo banyak yang ngantri kenapa lo ngebet banget pengen gue jadi cewek lo?" Jawabku sensi.
            
            Ckk dia berdecak kesal. "Kalo gue maunya lo ya lo!" Dia menunjukku. Ku tepis telunjuknya kasar semoga saja sampai keseleo.
            
            "Jadi cewek gue!"
            
            "Nggk!"
            
            "Jadi cewek gue!"
            
            "Nggk!"
            
            "JADI CEWEK GUE KAREN!" Kali ini dia berteriak.
            
            "OGAH!!" Aku balas berteriak.
            
            Kami sama-sama terengah. Aku mendelosor duduk dilantai kemudian mengeluarkan cermin kecil yang selalu kubawa. Merapikan rambutku santai.
            
Reply