Sang Putri Bulan

4 1 1
                                    

Di zaman yang canggih ini tidak banyak orang yang percaya pada cerita fiksi dan fantasi, kedua cerita novel yang dibuat melalui imajinasi sang penulis itu jarang sekali orang akan percaya bahwa didalamnya ada sekuncup cerita nyata.

Mereka hanya menikmati alur cerita fantasinya lalu kembali kepada realita dunia, fantasi adalah dongeng anak kecil, nyatanya tidak.

Bagaimana jika dunia fantas itu benar benar ada? Dunia di atas dunia yang terlihat nyata? Akan kah orang-orang akan percaya bahwa ada kehidupan lain selain di dunia ini?.

Dunia yang bahkan orang lain tidak akan pernah bisa melihatnya.

Dunia penuh sejarah masa lalu, dunia yang orang lain tidak akan percaya keberadaannya.

Kini kalian akan menemukan dunia itu di sini.

**

"Amaris, Moon memanggilmu"

Yang di panggil namanya mendongak, lantas menyudahi acara bermain dengan dags, anjing keturunan bulan yang bercahaya.

Amaris lantas mendegus pelan, ia berdiri dan menatap wanita berumur ratusan tahun yang masih terlihat muda pada zamannya itu.

"Putri bulan tidak boleh melakukan itu, Amaris." Tegur wanita itu.

Amaris melipat kedua tangannya di depan dada, menatap wanita yang sedari tadi memperhatikan tingkahnya "Mengapa aku tidak boleh melakukannya, Seir?  Orang-orang bumi melakukan itu".

Seirla, sang ibu asuh Amaris sedari kecil itu mengerutkan alisnya.

"Kamu terlalu banyak bermain ke bumi Amaris, ibumu marah atas perlakuan mu itu, kamu mengikuti tingkah manusia rendah yang tidak sopan".

Amaris memutarkan bola matanya pelan "Moon selalu mempermasalahkan masalah kecil".

Seirla menegaskan suaranya "Putri bulan tidak membantah perintah Moon, Amaris".

Amaris mengangguk malas "Aku akan menemui Moon dulu sebelum dia menghancurkan mesin transportasi milikku, dadah Seir,". Amaris berlari kencang kemudian kembali berucap "Oh! Itu cara manusia bumi mengucapkan selamat tinggal!".

Seirla memperhatikan Amaris yang berlari kencang dimana tidak seharusnya dilakukan oleh putri bulan.

Seirla memijat pangkal hidung nya, pusing melihat tingkah anak asuhnya.

**
Amaris memelankan lariannya, kemudian ia berjalan santai sambil mengatur nafasnya.

Ia berjalan menuju ruangan tempat ibunya berada, dimana ibunya bertugas mengendalikan bulan bertahun-tahun.

Amaris Ilona, wanita dengan rambut coklat bergaris hitam, wajah mungil dengan cahaya anugrah bulan.

Seperti namanya, Amaris pemberian bulan, dan Ilona Cantik.

Amaris adalah pemberian bulan yang dibuat cantik sedemikian rupa, anugrah wajah yang berseri-seri penuh cahaya seperti bulan.

Betolak belakang dengan sifatnya, Amaris adalah wanita angkuh, egois, dan banyak tingkah.

Amaris tidak suka peraturan, Amaris tidak suka di bantah, Amaris benci menjadi putri bulan.

Sampai sekarang Amaris masih bermusuhan dengan takdir yang menjadikannya anak dari sang bulan, membuat tindakannya di batasi.

Putri bulan harus begini, putri bulan harus beretika seperti ini, putri bulan bla bla bla.

Amaris muak.

"Guk, guk!"

Amaris menoleh kebawah kakinya, anjing peliharaannya itu menghampirinya, Amaris lekas menghentikan langkahnya dan tersenyum seraya menggendong gumpalan bulu bercahaya itu.

Anjing yang sama seperti di bumi, namun anjing keturunan bulan memiliki tunjulan kecil dikepala yang bercahaya terang setiap anjing itu merasa ada bahaya yang mendekat.

Dunia bulan sudah maju mengikuti revolusi jaman ini, kendaraan-kendaraan disini sudah hampir sama seperti di bumi, mengikuti perkembangan zaman.

Walau teknologi dunia bulan maju seiring perkembangan zaman, namun budaya dan peraturan mereka tetap seketat dulu dan sekuno zaman dahulu.

Dunia bulan memiliki peraturan, bahwa putri mereka tidak boleh menikah dan jatuh cinta, mereka percaya bahwa jika sampai peraturan itu dilanggar maka kesucian kaum bulan akan menurun.

Mereka mendapatkan anak dari sang Moon Godes, tanpa jatuh cinta.

Anak hanya sekedar penerus mereka kelak, dunia bulan masih begitu kuno ketika peraturan itu masih di tetapkan hingga zaman sekarang.

Amaris melangkahkan kakinya, ia menggendong dags itu sambil menoleh ke atas ke arah bintang yang berputar senang terhadap kehadiran dirinya.

Amaris melambaikan tangannya ke arah langit, menyapa bintang yang berputar-putar.

Tiba di ruangan sang ibu yang membentuk setengah lingkaran dengan ukiran-ukiran unik, ruangan bagian luar itu dihiasi warna biru malam dengan percikan cahaya dari dalam.

Amaris mengangkat tangannya, melayangkan ke depan pintu dan seakan merasakan darah putri bulan yang berdesir pintu itu lekas terbuka mempersilahkan Amaris masuk.

Hanya Moon dan keluarga kasta mereka yang bisa memasuki ruangan milik Moon itu.

Amaris mengedarkan pandangannya ke arah ruangan itu.

"Guk!".

Dags turun dari tangannya, berkeliaran kesana kemari, Amaris membiarkannya sembari matanya memperhatikan ornamen-ornamen unik yang ada di dalam ruangan ibunya.

Ruangan luas tempat dimana sang ibu tidak pernah keluar demi menjaga cahaya bulan tetap terjaga untuk bumi, dan menjauhkannya dari pada penyusup yang ingin mencuri kuasa cahaya bulan.

Dinding ruangan itu dihiasi dengan sejarah kuno dunia bulan, sejarah yang selalu senang Amaris lihat.

Peperangan dahsyat dunia bulan dan dunia matahari, juga budaya-budaya mereka yang berkembang kian bulan berevolusi mengikuti maju zaman.

Sampai sekarang Amaris masih memikirkan apa yang membuat dunia bulan bermusuhan sampai berperang dahsyat dengan dunia matahari, dan mengapa dunia bulan masih menyinari bumi yang mereka benci sebagai makhluk rendah dengan etika kosong dan kurangnya sopan santun.

Amaris masih tenggelam dalam pikiran itu, hingga tidak sadar bahwa sang ibu ada di depannya.

Ia mengaduh ketika dahinya menabrak dada sang ibu.

Ibunya menatap datar dirinya, dan segala tingkahnya.

Amaris tersenyum, mengangkat tangan dan melambai kepada Moon "Halo ibu".

Sang ibu lantas membelalakkan matanya terkejut atas tingkah sang putri, Amaris buru-buru menurunkan tangannya dan menjinjing dress selututnya dan menunduk pelan.

"Salam Mother Moon".

Setelah menerima sapaan itu Moon menggelengkan kepalanya pelan.

"Anak nakal ini".

**
Akhir dari Sang Putri Bulan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Daughter of The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang