࿄ 𝙲𝚑𝚊𝚙𝚝𝚎𝚛 𝟶𝟷 : 𝙰𝚌𝚌𝚎𝚙𝚝 𝚒𝚝.

197 29 12
                                    

ʏᴏᴜʀ ᴇʏᴇs ᴛᴇʟʟ - ʙᴛs

1:05 ───⊙─────── 4:05
↻      ◁ II ▷     ↺

“𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑎𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑘𝑢,
𝑀𝑎𝑠𝑖ℎ 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 ℎ𝑎𝑡𝑖𝑘𝑢.”

━━━━━━━ •♬• ━━━━━━━

Desiran angin menyentuh kulit membuat tubuh merinding. Banyak asap yang bersebar dimana mana, sang gadis hanya terduduk tanpa tahu apa apa.

Pandangannya sangat buram daripada biasanya. Pakaiannya yang berwarna terang kini terlihat sangat merah dengan cairan kering yang berbau besi.

Sang gadis mencoba memfokuskan pandangan tetapi nihil. Ia hanya dapat pemandangan tidak fokus yang semakin lama buram. Juga rasa sakit pada kepala dan matanya.

Badannya semakin sakit kala ia memaksakan untuk memfokuskan pandangan. Sebelum kesadarannya menghilang ia melihat sesosok besar yang berteriak memanggilnya. Ia tidak tahu itu siapa karena pandangannya buram. Dan setelahnya semuanya gelap.

◙◘◙

Bau khas obat obatan menusuk indra penciuman Aone ketika ia menginjakan ke ruang bernomor 304 itu. Ditangan kanannya terdapat totebag berisikan makanan ringan yang menyehatkan dan ditangan kirinya ada bunga Krisan yang melambangkan emosi serta umur yang panjang. Cocok untuk diberi kepada orang sakit.

Tangannya memutar kenop pintu dan segera menutupnya ketika sudah berada didalam ruangan. Ia melirik kearah bangsal, terdapat seorang gadis yang selalu ia jaga tertidur dengan tubuh kurusnya. Gadis itu tidak seperti biasanya. Semenjak kecelakaan itu, sang gadis lebih pendiam dan jarang berbicara.

"Uh- Aone?" Aone menghampiri sang gadis dan duduk di kursi yang sudah tersedia di samping bangsalnya.

"...Ya." suara berat Aone menyapa indra pendengaran sang gadis.

Ito Chieko nama sang gadis. Gadis yang selalu Aone jaga sedari mereka kecil. Gadis yang selalu memiliki tempat khusus di Aone. Gadisnya yang ceria dan selalu tersenyum, dulu. Hingga kecelakaan seminggu kemarin merenggut semua kebahagiannya.

"Sudah lama? Maaf ya, aku mengantuk tadi," ucap Chieko. Tangan kecilnya meraba raba sekitar hingga ia menemukan telapak tangan besar milik Aone.

"Baru saja," ucap Aone, "Ini, makan," lanjutnya memberi totebag yang berisikan snack ringan sehat kesukaan Chieko.

"Ah, terimakasih," ucap Chieko.

Penyebab mengapa Chieko dirawat dirumah sakit lebih lama adalah Dokter mengonfirmasi bahwa Chieko mengalami kerusakan pada kornea matanya sebab serpihan kaca mobil menusuk korneanya, dan juga karena benturan keras di kepalanya yang mempengaruhi kefokusan mata. Akibatnya, matanya mengalami kebutaan.

Tentu, ketika Chieko mendengar ucapan dokter ia sangat terpukul. Semua mimpinya seakan akan runtuh seketika. 3 hari lamanya menangis terus menerus. Keluarganya juga terpukul melihat Chieko yang dulu ceria menjadi seperti ini. Mereka ingin cepat cepat mencari pendonor mata, tapi tidak menemukan satupun.

Beruntungnya dihari ke-4 Chieko kesedihan mulai mereda, walau dirinya masih jarang berbicara. Tapi setidaknya tidak menangis meraung raung yang Aone lihat saat hari kedua ia menjenguknya.

Aone menatap gadis yang sedang asik menikmati kuenya dengan tenang. Ia mengusap kepala Chieko dengan pelan.

"Aone, jangan pergi ya?" ucap Chieko tiba tiba. Aone melihat raut wajah sang gadis yang berubah menjadi suram. Ia tidak suka jika gadis yang didepannya sedih.

"Tidak akan."

"Terimakasih. Tolong terus jaga aku, aku takut tersesat," ucap Chieko. Aone mengangguk, Chieko tidak melihat tapi merasakan kalau laki laki didepannya mengangguk. Ia tersenyum, sambil meraih tangan besar milik Aone.

"Tempat yang kau berikan padaku, selalu menjadi tempat yang aman. Jadi, kumohon untuk tidak meninggalkanku," ucap Chieko.

Aone sedikit merona dengan ucapan Chieko, tapi ia tahan. Ia mengusap surai putih yang sama dengan miliknya dengan pelan, hati hati supaya sang empunya tidak merasakan kesakitan.

"Sekarang istirahat," ucap Aone.

"heh? Aku tidak diajak ketaman?" tanya Chieko dengan nada sedikit kecewa.

"Hari ini tidak. Udara terlalu dingin, sebaiknya istirahat," ucap Aone.

"Huh, ya sudah kalau gitu. Tapi Aone jangan pergi ya?"

"Ya."

Chieko kembali merebahkan dirinya dikasur, tentu dengan bantuan Aone walaupun sang gadis sudah bisa sendiri. Rasanya Aone takut sang gadis terluka segores saja. Jemari kecil milik Chieko menggenggam erat milik Aone. Layaknya seorang bayi yang enggan ditinggal.

Sore itu, Chieko tertidur seperti biasa dengan jemarinya yang menggenggam erat milik Aone.

━━━━━━━ •♬• ━━━━━━━

SUGARHMHM
241220

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rhythm Project | Aone TakanobuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang