Gadis berambut kecokelataan dibawah bahu itu hanya bisa menunduk. Menatap dua gundukan tanah dengan beberapa bunga diatasnya.
Mata indahnya menatap kosong kedepan. Bahkan,langit yang mendung tak membuatnya beranjak dari tempat pemakaman kedua orangtuanya.
"Mommy,Daddy kenapa tinggalin Jennie sendirian?". Hanya isak tangis yang menemani gadis bernama Kim Jennie ini.
Pemakaman yang sepi,langit yang sudah mendung menandakan sebentar lagi akan hujan.
"Wae,Mom?". Jennie menangis meraung meratapi hidupnya. Ingatannya kembali diputar pada kejadian seminggu lalu.
"Sayang?tak apa kan jika pernikahan itu diadakan dua hari lagi?". Dengan ragu Jennie mengangguk.
Sebenarnya Jennie bukan tipe anak penurut. Dan hari itu kedua orangtuanya susah payah membujuk anak semata wayangnya untuk menikah dua hari lagi di Korea.
Jennie pikir permintaan yang katanya wasiat itu milik kakek neneknya. Tetapi,kenapa malah orangtuanya meninggalkan dirinya seorang diri.
Tak ada perasaan janggal saat kedua orangtuanya membuat alasan dengan,wasiat. Yang,mana saat itu keadaan orangtuanya masih hidup.
Tapi seakan ditampar takdir. Kini kenyataan setelah dirinya melangsungkan pernikahan. Hari ketiganya Kim Jennie. Putri semata wayang Kim Jiyoung dengan Im Yonna. Kehilangan dua orang tercintanya.
***
"Yaampun sayang". Park Dara menyambut kedatangan Jennie dengan rasa cemas yang masih kentara.
Jennie tersenyum simpul menatap ibu mertuanya. Mata itu masih mengeluarkan air mata. Yang,Jennie yakini penyebabnya adalah dirinya.
"Mom?". Jennie memanggil dengan lirih.
"Ayo sayang ganti bajumu,ini basah". Jennie mengangguk mengikuti langkah kaki ibu mertuanya.
Saat kakinya melangkah masuk,disana dua orang yang terlihat cemas. Ayah mertuanya dengan Sang Suami. Park Chaeyoung atau Rose.
"Cheng,Yeobbo!!". Jennie sedikit terkekeh mendengar suara melengking ibu mertuanya.
Beberapa saat matanya memburam. Jennie yakin ini bukan jejak air hujan atau air mata. Bersamaan dengan memburamnya mata. Kepalanya berdenyut nyeri.
Sebelum semunya menghitam. Yang Jennie rasakan adalah kekosongan. Dengan suara melengking yang menyebut namanya bersautan. Dan selang beberapa detik. Semuanya,gelap.
***
"Jennie-ah?". Dara memanggil setelah menuangkan air minum digelas milik Jennie dan Juga Rose.
"Ne,mom?". Segera Jennie mendongkak.
"Makan yang banyak ne,kau kurusan". Jennie tersenyum mendengar akhir kalimat yang memelan dari ibu mertuanya.
"Ne mom".
"Cah ayo makan".
***
"Kalian berkemaslah,dan tempati rumah lama Jennie".
"Mwo!!". Jennie dengan Rose sepontan menjerit kala sang Ayah menyuruh mereka pindah.
*20 Februari 2021