Malam ini akan berbeda untuk Rose maupun Jennie. Mereka sudah pisah rumah dengan orangtua dari Rose,menempati rumah lama Jennie sebelum keluarga Jennie memutuskan pindah ke New Zealnd.
Ini sudah sore. Mereka baru saja membereskan segala barang-barang dan menatanya. Rose keluar kamar menatap pintu kamar disebelahnya yang masih tertutup.
Sungkan untuk mengetuk dan memberitahu bahwa anak didikan diperutnya sudah memberontak minta diisi. Ah paham dengan anak didikan diperut Rose? Yah itu cacing
"Malangnya dirimu Rose". Ucapnya sembari mengelus perut ratanya.
Daripada didepan pintu kamar milik Jennie. Rose memilih kebawah untuk mencari sumber makanan. Kasihan perutnya kalo tak segera diisi takut tambah kempes.
"Non,chae?". Rose mengalihkan tatapannya pada rebusan mie.
"Eh,bibi ngapain?". Tanya Rose
"Bibi dipindahkan kesini non".
Rose mengangguk mendengar penjelasan bibi yang awalnya ada dirumah,sekarang berganti dirumah lama Jennie.
"Non chae laper?". Bibi Oh bertanya setelah menyimpan satu keranjang buah berisi stroberry serta apel.
"Heum". Sekarang Rose fokus menyantap mie yang dimasaknya. Membiarkan bibi nya memasak.
Suara langkah kaki turun dari tangga lumayan menggema. Rose maupun bibi Oh tak tuli untuk mendengar suara itu.
"Bi?". Bibi Oh tersenyum mendapati wajah istri majikannya.
"Ne".
"Bibi sedang masak,Jennie bantu ya bi". Ucap Jennie mengambil alih pisau untuk memotong beberapa bahan yang dibutuhkan.
Rose membiarkan istrinya membantu bibi Oh. Rasanya tak peduli lebih baik makan.
***
"Park Chaeyoung!!!". Rose mengalihkan fokusnya pada handhponenya. Mendengar teriakan Jennie. Segera dirinya keluar kamar.
Dilihatnya Jennie sedang berdiri berkacang pinggang menatap dirinya diatas.
"Kenapa kau berteriak?!". Dasar tidak sadar diri. Bahkan dirinya saja berteriak
"Kau juga berteriak,pabbo!!". Jika masih ada bibi Oh mereka mungkin akan menganggunya. Tetapi beruntung kerja bibi oh,hanya pagi datang siang pulang sore datang malam pulang.
"Sudah tutup mulutmu,kau mengapa berteriak seperti itu,ini sudah hampir malam". Nada bicara Rose sudah tidak berteriak seperti tadi.
"Mana kunci mobil?kau bilang ada dimeja dekat tv". Ucap Jennie.
"Kau ingin kemana?". Tanya Rose kini dirinya sudah berjalan.
"Aku ingin belanja keperluan sekolahku". Ucap Jennie
"Ini sudah malam bodoh".
"Yakk!!".
Bughh
"Aduh berhenti aduh". Jennie tetap memukul Rose. Tak perduli kala mata suaminya berkaca-kaca.
"Yak Jennie-ah berhenti". Tangan Jennie berhenti memukul Rose. Menatap suaminya yang juga menatapnya dengan air mata yang sudah keluar.
"Wae?kenapa kau menangis?" Jennie segera menarik Rose duduk disofa.
"Karenamu". Cicit Rose. Jennie yang melihat Rose menundukan wajahnya menghela napas. Kenapa ibu serta bapaknya menjodohkan dengan orang cengeng.
"Kau tak ingin meminta maaf?". Rose melihat Jennie lalu menunduk kembali.
"Huuh,yasudah aku minta maaf. Pabo". Rose cemberut menatap istrinya.
"Aish sudahlah,mana kuncinya kau cengeng sekali". Pinta Jennie masih kekeh ingin keluar.
"Heh!,kau tak menuruti ucapanku yah?". Rose yang sudah kembali seperti tadi mulai memarahi Jennie.
"Aku belum punya peralatan sekolah".
"Sekolah kan lusa,kau repot sekali". Jengah Rose menatap istrinya.
"Eh?benarkah lusa?". Rose yang melihat Jennie bingung hanya menarik bibir sebelah kanannya ke atas. Mukanya sangat menyebalkan.
"Ini malam minggu,Jennie". Ucap Rose gemas ingin sekali dirinya menjitak kepala istrinya.
"Eoh benarkah?aish malam minggu ternyata". Ucap Jennie lesu.
"Dasar jomblo".
20 Maret 2021
Warior!!
Ada yang jomblo?jangan acungkan tangan ya. Mending lanjut rebahan,kencengin musiknya. Ne?
Typo?gpp salahkan jempolnya