Mencintai atau dicintai?
Pertanyaan konyol yang selalu dilontarkan oleh orang-orang ketika mereka harus memilih. Akan tetapi hidup akan lebih sempurna jika diantara kita saling mencintai, bukan hanya mencintai atau dicintai.
•••••
Kadang kita merasa takdir begitu kejam, tidak berpihak pada kita. Padahal, Tuhan memiliki alasan kenapa takdir kita berbeda dari yang lain. Mungkin saja itu cara Tuhan untuk membuat kita berlatih dengan segala keadaan.
Malam itu, Park Yeon-Hee menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong. Pikirannya terpecah memikirkan alur kehidupan yang ia alami. Semuanya terasa begitu rumit.
Semuanya tidak masuk akal.
Dulu, saat usianya masih lima tahun, Yeon-Hee selalu menekankan pada dirinya jika kelak ia harus menikah dengan seseorang yang mencintainya dan sebaliknya, ia juga mencintai pria itu.
Hidup bahagia, membina rumah tangga yang harmonis dengan beberapa anak yang lucu. Hidup rukun dan saling menyayangi. Ia tidak ingin anaknya mengalami apa yang ia rasakan.
Semua kepahitan hidupnya tersimpan di dalam tempurung kepalanya. Bagaimana rasanya ketika orang lain dengan mudahnya membeli apa yang mereka inginkan sementara dirinya harus menelan ludahnya sendiri melihat semua itu. Bahkan untuk membeli satu permen kapas saja ia tidak mampu. Ibunya tidak memiliki uang.
Akan tetapi apakah semua keinginannya akan terwujud?!
Rasanya itu tidak mungkin karena saat ini Tuhan justru kembali mempermainkannya dengan mendatangkan sosok Sehun sebagai suaminya.
Diusianya yang masih tujuh belas tahun ia justru sudah menikah. Pernikahan tanpa cinta yang bahkan bisa disebut sebuah pemaksaan karena Yeon-Hee tidak mengetahui kapan ia menikah dengan pria itu? Apakah pernikahan itu tercatat secara sipil? Dan apa tujuan pria itu menikahi gadis seperti dirinya?
Tapi hanya satu yang ia pikirkan saat pertama kali ia mengetahui jika ia adalah istri dari seorang pria yang pada awalnya mengaku sebagai ayah tirinya.
Tubuhnya.
Ya.. mungkin pria itu menginginkan tubuhnya sebagai pemuas nafsu pria itu.
Dan ajaibnya apa yang Yeon-Hee pikirkan itu ternyata nyaris benar, pria arogan itu menginginkan seorang anak yang artinya ia akan tidur dengan pria itu.
Licik!
Memangnya apalagi yang bisa dilakukan oleh manusia normal untuk bisa memiliki anak? Tentu saja melakukan hubungan badan yang menghasilkan suara desahan dan juga peluh.
Sialan. Memikirkannya saja membuat Yeon-Hee merasa jijik pada dirinya sendiri.
'Kau tidak jauh berbeda dengan ibumu, Yeon, kau menjual tubuhmu pada pria itu'
Yeon-Hee mendesis.
'Aku ingin kau mengandung bayiku, kau tidak perlu pergi ke sekolah lagi mulai besok. Aku akan memanggil guru khusus untukmu atau kau mau kalau aku yang menjadi pembimbingmu?! Sebagai imbalannya aku akan memenuhi apa yang kau inginkan'
Suara Sehun beberapa minggu yang lalu masih terngiang di dalam otak cantiknya. Yeon-Hee tidak bisa menolak karena pria itu tidak memberikan pilihan melainkan pernyataan jika ia harus menuruti apa yang pria itu inginkan. Bukankah terdengar menyebalkan?!
"Aku pulang." Suara berat itu membuat lamunan Yeon-Hee buyar. Ia terkesiap tatkala Sehun berjalan menghampirinya.
"Baru bangun tidur, tidak ingin menyambutku?" Sehun meletakan tas kerjanya di atas ranjang, ia menggulung lengan kemejanya hingga sebatas sikut kemudian berjalan menghampiri Yeon-Hee. Tubuhnya sedikit menunduk, menjangkau bibir Yeon-Hee untuk diciumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychooh
ФанфикAku tidak mempercayai apa itu cinta, kasih sayang, dan ketulusan. Hingga sosok itu datang ke dalam hidupku. Sosok pria arogan yang mengerti aku melebihi diriku sendiri.