Puluhan pasang mata menatap kagum pada sosok pria yang saat itu berjalan angkuh memasuki club malam di kawasan elite Cheongdam-dong. Ada yang mengedipkan matanya menggoda, bahkan, ada yang dengan terang-terangan mengajaknya berdansa. Namun, pria itu tidak memperdulikan mereka semua karena ia memiliki urusan yang penting saat ini.
Oh Sehun. Pria berusia 27 tahun itu mengedarkan pandangannya, mencari sosok orang yang beberapa menit lalu menelponnya. Namun, suara desahan yang begitu kencang membuat atensinya seketika terfokus pada sepasang manusia yang saat itu tengah melakukan kegiatan panas tanpa memperdulikan sekitar. Ia menelisik wajah pria paruh baya yang saat itu tengah sibuk mencumbui perempuan jalangnya. Mata Sehun memejam, bibirnya tersenyum kecut.
Si keparat itu lagi. Benar-benar menjijikan. Rasanya ia ingin membunuhnya saat ini juga.
Sehun muak. Ini memang bukan pertama kalinya ia menyaksikan kegiatan panas yang dilakukan oleh ayahnya, akan tetapi, semuanya masih terasa sama saat pertama kali ia memergoki ayahnya yang tengah melakukan persetubuhan dengan wanita bayarannya.
Tangan sehun terkepal saat sekelebat bayangan masa lalu itu berputar dalam tempurung kepalanya.
Semuanya terasa menyakitkan. Bagaimana ketika ayahnya dengan tega menghianati ibunya, bagaimana ketika ayahnya memukul ibunya, dan bagaimana ketika ibunya mati kerena bunuh diri.
"Di sini."
Suara itu membuat Sehun membuang muka dan mengenyahkan bayangan itu. Sehun berlalu, menghampiri sosok orang yang menjadi tujuannya saat ini.
"Kau sudah menemukannya?" Todong Sehun begitu ia mendudukkan pantatnya pada kursi bartender. Ia mengambil sebotol red wine, menuangkannya ke dalam gelas lantas menegaknya dengan gerakan pelan.
"Aku sudah menemukan datanya, dan ini di luar dugaan, kau akan terkejut, Oh Sehun." Kim Jongin, pria berkulit tan itu menyerahkan sebuah map berwarna cokelat kepada Sehun. Pria yang berstatus sebagai sahabat sekaligus kaki tangan Sehun itu menyesap red wine miliknya.
"Kau yakin semua datanya benar, Jongin?" Sehun mendesis. Benar dugaannya selama ini. Tua bangka itu masih hidup.
"Seratus persen aku yakin. Tapi untuk saat ini aku belum menemukan keberadaannya."
"Cari tahu keberadaannya. Aku menunggu laporanmu, segera." Sehun berdiri, berniat untuk segera meninggalkan tempat itu. Entah mengapa ia merasa malas untuk berlama-lama di sana.
"Kau mau kemana?" Jongin sedikit heran, biasanya, Sehun akan memesan beberapa wanita bayaran untuk menuntaskan hasratnya sebelum meninggalkan tempat itu. Lantas kenapa pria itu sekarang terlihat buru-buru?
"Pulang." Sehun menjawab cepat.
"Hei... itu terlihat seperti bukan dirimu, Oh Sehun." Jongin terkekeh pelan. Suaranya membuat Sehun mendengus sebal.
"Memangnya apalagi yang harus aku lakukan di sini? Aku bukan pria lajang lagi, jika kau lupa."
Dan jawaban itu membuat Jongin memutar bola matanya malas. Si sombong itu sedang memamerkan status barunya. Baiklah... jangan salahkan dia jika suatu saat dia akan membalas perbuatan pria itu dengan membuat pria itu cemburu, misalnya.
"Sialan!" Umpatnya.
Kalau sudah begini... dia jadi ingin menikah juga rasanya.
•••••
Pagi itu, cuaca kota Seoul diterpa badai sehingga mengakibatkan kegiatan di sana sedikit terganggu. Itu terbukti dari jalanan yang tidak seramai biasanya dan juga para insan yang lebih memilih untuk tidak melakukan kegiatan mereka di luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychooh
Hayran KurguAku tidak mempercayai apa itu cinta, kasih sayang, dan ketulusan. Hingga sosok itu datang ke dalam hidupku. Sosok pria arogan yang mengerti aku melebihi diriku sendiri.