D U A #2

34 5 1
                                    

VOTE DAN KOMEN YA^^

TERIMAKASIH YANG SUDAH MAMPIR KECERITA INI.

HAPPY READING^^





Setelah sampai di lapak milik Cak Aris, Bernard memakirkan motornya di samping tenda. Pemuda bergigi kelinci itu mengikuti Jihan yang sudah terlebih dahulu mendudukkan diri di kursi yang telah disediakan oleh Cak Aris. Benar dugaan Jihan, mereka menjadi pelanggan pertama karena memang Cak Aris baru saja buka dan sekarang dia sedang mempersiapkan dagangannya.

"Cak, baru buka?" Tanya Bernard basa-basi.

"Iya, Mas."

"Tapi kita mau pesan bisa, kan, Cak?" Kini giliran Jihan yang bertanya.

"Bisa dong, Neng. Mau pesan kaya biasa?"

"Iya, Cak. Sate lontong dua, yang satu kasih sambel yang banyak ya." Jihan memesan pesanan yang biasa mereka pesan.

"Siap. Ditunggu dulu ya"

Keduanya kemudian menunggu sate yang mereka pesan. Mereka pun seperti biasa, mengobrol dan di selingi dengan candaan yang dilontarkan Bernard. Setelah beberapa menit, akhirnya yang ditunggu pun datang juga. Bernard dan Jihan langsung mengambil alih Sate yang di berikan oleh Cak Aris. Terlebih Jihan sudah lapar sekali, dia sudah tidak sabar untuk menyantap satenya itu. Baru mau melahap satu tusuk sate, Bernard buru-buru menahan lengan Jihan.

"Berdo'a dulu heh! Main makan aja, nanti kalau satenya dimakan setan gimana?" Omel Bernard.

Jihan terlihat malu karena lupa "iya maaf, laper banget soalnya. Yuk, berdo'a." Bernard mengusap kepala Jihan dengan lembut. Ingat, Jihan itu sangat imut bagi Bernard, bertingkah lucu sedikit saja tingkat keimutannya akan bertambah berkali-kali lipat menurut pemuda itu.

Keduanya pun berdo'a. Jihan menengadahkan kedua tangannya sedangkan Bernard menelangkupkan kedua tangannya dan mereka pun mulai berdo'a dengan cara masing-masing. Perbedaan itu membuat tembok diantara mereka semakin kokoh dan sulit ditembus.

Selesai berdo'a, tanpa basa-basi mereka menyantap sate masing-masing. Jihan terlihat sangat lahap saat makan. Bernard terus memandangi gadisnya itu, dia paling suka saat Jihan sedang makan seperti ini. Menurutnya, Jihan itu terlihat semakin cantik kalau lagi makan. Kaya ada magnet dari diri Jihan yang bisa membuat Bernard terus menatapnya. Lebay, kan?

"Kenapa?" Jihan menatap sate yang ada di piring Bernard "kok enggak dimakan, Bi?"

"Lihatin lo makan gue jadi kenyang, Je." Lagi-lagi Bernard mengeluarkan kata-kata najis itu. Jihan mendecak "ck, jijik, Bi. Udah makan, gue tau lo juga laper ya"

"Iya, ini dimakan" Bernard mengambil satu tusuk sate dan memakannya.

Keduanya pun kembali fokus dengan sate masing-masing. Beberapa menit kemudian, acara makan mereka selesai.

"Yuk, Bi balik" ajak Jihan setelah menyesap es jeruknya sampai habis. Bernard mengangguk lalu beranjak dari duduknya. Pemuda itu mengambil dompetnya yang berada di saku berniat untuk membayar. Namun, kegiatannya terhenti ketika Jihan sudah terlebih dulu memberikan uang kepada Cak Aris.

"Loh, Je, kok lo yang bayar sih?" Tanyanya sembari mengangkat salah satu alisnya. "Ya enggak papa, lagian tadi lo udah nunggu lama, kan? Jadi anggap aja traktiran"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

D U ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang