Haha, sudah bulan Mei ya. Satu Minggu yang lalu Sougo-san memelukku sambil menangis haru, dia bilang aku yang kembali membuka mata adalah hadiah ulang tahun terbaik yang pernah dia terima.
Mitsuki juga sama, berderai air mata. Bahkan Iori sekalipun tak dapat menahan tangisnya. Tenn-nii memasang wajah ramah hari itu, dia membiarkan siapapun memelukku tanpa ada protes yang melayang dari bibir indahnya.
Selama dua hari kondisiku dinyatakan membaik, tapi sehari setelahnya aku kembali down. Aku tak mengkhawatirkan hal itu, karena aku sudah meyiapkan diri untuk menerima segala rasa sakit itu.
Kemarin yang terparah kurasa, aku memuntahkan darah saat sedang bersandar di pundak Tenn-nii. Dan yah, bajunya jadi kotor.
Pagi ini tubuhku sangat lemah, untuk sekedar menggerakkan bibir saja susah. Tenn-nii sedang bekerja sekarang. Tadinya dia menolak, tapi akhirnya pergi juga.
Yang bersamaku sekarang? Seorang suster cantik, dia sedang duduk di sofa sambil sesekali melihat ke arahku, memeriksa keadaanku setiap 2 jam.
Aku tidak bisa terus merepotkan para idol kan? Mereka juga punya pekerjaan yang lebih penting daripada hanya duduk dan berbincang denganku. Karena merasa bosan akhirnya aku memutuskan untuk tidur sebentar, dalam hitungan detik aku sudah terjun ke alam mimpi.
Lagi-lagi, aku bangun dan melihat wajah khawatir mereka. Tenn-nii dan Yamato-san yang menggenggam kedua tanganku erat, serta Iori yang nampak mengeluarkan selimut tebal dari dalam tas.
"Riku? Apa masih dingin? Mau kami naikkan lagi suhu ruangannya?"
"..."
"Pihak rumah sakit menelpon, dan bilang kondisimu semakin memburuk. Jadi kami bergegas ke sini Nanase-san."
Cukup aku sudah lelah berada di sini, jangan buang-buang uangmu untuk hal ini Tenn-nii. Gunakan saja untuk masa depanmu nanti, aku sudah ada diujung tebing yang siap runtuh sewaktu-waktu. Jadi jangan berusaha membuatku sehat, tidak ada gunanya.
Aku menarik nafas pelan, mencoba mengatakan sepatah kata.
"Pu–lanh."
Mereka terdiam, melirik satu sama lain, Tenn-nii menggeleng begitupun Yamato-san.
"Kau harus tetap disini untuk mendapat perawatan Riku."
"Ak–u ingin pu–lang."
"Kita akan pulang setelah kau sembuh Riku."
Aku menggeleng, air mata jatuh dari sudut mataku, aku terus mengatakan kata yang sama. Pulang, itulah yang inginkan sekarang. Menghabiskan waktuku yang tinggal sedikit bersama kalian di tempat yang penuh dengan kenangan bukan ditempat ini.
"Tidak Riku!"
"Mohon," ucapku dengan susah payah.
Aku terus memohon sambil menangis, disaat yang bersamaan asmaku tiba-tiba kambuh, membuat mereka kalang kabut. Rasanya sakit, saat batuk tenggorokan ku terasa tercabik. Pandanganku mengabur, dapat kulihat sedikit noda darah di tangan Tenn-nii yang mengusap mulutku.
…
"Riku? Kau sudah bangun? Ada yang sakit?"
Aku menatap sendu Tenn-nii. Tangannya menjalar perlahan mengusap pipiku, kemudian beralih menuju kepalaku. Rasanya nyaman.
"Te–"
"Iya, kita pulang Riku."
Dia tersenyum lembut walau air matanya masih mengalir, diluar sana dapat kulihat siluet beberapa orang yang tengah berdiri.
"Kita akan pulang Riku, kita pulang."
Aku tersenyum, walau aku tak yakin senyumku dapat mengobati luka hatinya saat ini.
Benar saja, saat siang hari para dokter masuk ke kamarku, melepas alat-alat medis yang terhubung denganku. Berkali-kali meminta maaf pada Tenn-nii, aku tak tau kenapa tapi kurasa. Ah lupakan!
Tenn-nii mengangkat ku dan mendudukkan ku di kursi roda, mendorongnya keluar dari kamar dan disambut oleh 14 idol lainnya.
Senyum menghiasi wajah mereka. Namun aku bisa melihat sekilas, mata mereka semua sembab. Terlebih Haruka-kun, Tamaki, dan Mitsuki yang notabenenya sulit menyembunyikan emosi mereka.
Touma-san membukakan pintu mobil untukku, sementara Tenn-nii menggendong ku masuk, mendudukkanku perlahan dan ambil posisi tepat disampingku.
"Riku aku sudah buatkan makanan enak untukmu, jangan lupa dimakan ya!"
Seru Mitsuki yang duduk dibelakang. Aku mengangguk lemas. Menyandarkan kepalaku di bahu Tenn-nii, memeluk pinggangnya agar aku merasa hangat, terlebih dia mendekap ku dengan lembut.
Iori memberikanku selimut bermotif kelinci. Heh sejak kapan dia punya itu. Ah imutnya, dan hangat tentu saja. Kami sampai di dorm IDOLiSH7, Tamaki ingin menggendong ku tapi dihentikan oleh Tenn-nii dan Iori.
"Jangan kau Yotsuba-san!"
"Heh~ pelit!"
Alhasil Tenn-nii lagi yang mengendong ku. Membaringkan tubuh ku di kasur yang terasa begitu empuk. Tapi aku memintanya untuk membantuku duduk.
"Riku lihat ini! Bukankah bau nya enak?"
Mitsuki masuk bersama yang lain, tumben Tenn-nii tidak melarang. Kami bercanda dan tertawa bersama, sungguh aku sangat merindukan hari-hari seperti ini. Walau aku tak sengaja tertidur beberapa kali.
"Riku waktunya istirahat."
Suara Tenn-nii terdengar begitu lembut. Bahkan Yaotome-san terdiam mendengarnya. Lalu dia juga menyuruhku beristirahat, memang suaranya tak selembut Tenn-nii. Tapi suaranya penuh dengan kasih sayang dan empati.
…
"Tenn."
"Jangan tersenyum bocah! Aku jadi mau menangis!"
"Ryuu, Gaku. Apa yang harus aku lakukan, dokter itu bilang semuanya sudah terlambat. Kenapa dia bilang adikku hanya tinggal menanti hari. Kenapa!"
"Tenn kita bicarakan ini di ruang tamu, jangan sampai Riku-kun mendengar nya."
Terlambat ya? Sudah kuduga, aku belum tidur loh Tenn-nii. Aku ingin menghabiskan waktu bersama Hana-chan dulu.
Lihat dirinya, kelopak terakhir itu sudah kering semua, tinggal menunggu kapan dia akan jatuh. Jatuh bersama denganku.
Uhuk! Lihat warna merah ini. Warna yang sama dengan rambutku, warna yang mencerminkan diriku. Warna pertama yang terlihat saat bunga ini mekar. Tidak seperti sekarang, yang sudah berwarna coklat.
Kupandangi tanganku yang berlumuran darah, tak ada niat untukku memanggil Tenn-nii dan yang lain, biarlah dulu, mereka juga butuh istirahat.
=============××××××××××=========
Ya hallo.....
Maafkan bila ada typo atau sejenisnya
Ga jadi ku up tahun depan .... Baru inget mau masuk sekulJadi aku up hari ini aja hehe
Bila gaje... Mohon dimaklumi karena saya juga sama atau bahkan lebih gaje lagiTouma: jadi bagian gue cuman buka pintu mobil? Asem!!!
Minami: wah halo semua~ // sisir rambut
Mitsuki: aib Iori...... Ah imutnyaaaaaa
Yamato: mabok kuy
Gaku: Alhamdulillah ga nista
Takamasa: Terimakasih sudah mampir dan cepatlah pergi
Next:
JuneSampai bertemu besok di Mirai no Boku e

KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Petal ✔️
FanfictionEntah bagaimana aku harus mengutarakan nya. Kejujuran yang mungkin hanya akan kalian anggap sebagai fiksi semata. Satu tahun waktu yang tersisa, rasa takut akan kematian yang hari demi hari kian membesar. Andaikata kelopak terakhir itu jatuh sekara...