►0:28

204 43 0
                                    

♪Banyak pesan tak memberi kesan
Kau bukanlah yang aku dambakan♪

[Terpesona]
Isyana Sarasvati ft. Gamaliel

0:28 ───|────── 3:18

⏮⏪ ⏸ ⏩⏭

∞ ↺

▁ ▂ ▃ ▄ ▅ ▆ █ 100 %

•----- ♬ -----•

Keesokan harinya, Harumi bertemu lagi dengan si pria tampan bersurai abu di halte membuat pertanyaan yang seharusnya ia tanyakan kemarin muncul di kepalanya.

'Apakah ia penduduk baru di wilayah ini?'

Ya, akibat damage bersisian dengan pria itu membuat Harumi tidak sampai berpikir dari mana asal pria itu berada saat kemarin. Pikirannya tiba-tiba nge-blank ketika itu membuat Harumi menjadi mewajarkan jika ada seorang perempuan yang tiba-tiba saja gagu di hadapan pria tampan karena ia sendiri mengalaminya.

Langkah mendekat mengikis jarak. Ya, seperti kemarin, pria yang sibuk dengan ponselnya itu menoleh ke arah Harumi saat ia menyadari presensi wanita itu mendekat lalu melontarkan senyuman (yang mampu membuat Harumi berdebar) sebagai sapaan dan dibalas oleh Harumi dengan senyuman (ringisan) pula.

De ja vu

Harumi berdiri bersisian dengan pria itu lagi. Aroma parfum yang mendominasi, visual yang melekat dalam kepala, dan senyuman yang tak ingin hilang dari ingatan. Keberadaan pria di sebelahnya ini sangatlah kuat sampai-sampai ia tidak bisa berhenti melirik ke arahnya dengan rasa gugup yang begitu melekat.

'Mengapa ia harus gugup dengan pria yang sangat mencolok visualnya?'

Pertanyaan itu pun muncul di dalam kepalanya membuat ia berkutat dalam pikirannya. Mengapa ia harus gugup hanya karena dia tampan? Hanya karena visual menawan, mengapa ia harus tidak karuan? Visual hanyalah 5% gambaran seorang manusia seutuhnya, sisanya watak.

Yang Harumi tahu tentang pria ini adalah ia pria yang tampan. Tidak tahu bagaimana sifat aslinya. Bisa saja ia orang yang berbahaya seperti yakuza, bandar, atau satu famili dengan Ted Bundy. Tidak ada yang tahu, kan, ada apa dibalik ponsel dan senyumannya itu.

Maka satu helaan napas panjang untuk melegakan. Bersikap normal seperti biasanya. Untung saja ia disadarkan dengan cepat. Pasti pria itu merasa risih dengan dirinya yang bersikap gugup tak jelas dan berkali-kali melirik ke arahnya.

Kini Harumi mulai bisa mengendalikan dirinya. Ia pun bersikap biasa saja agar pria itu nyaman berdiri di sisinya. Bus pun datang. Seperti biasa Harumi memilih tempat duduk di belakang, sedangkan si pria abu duduk di barisan pertengahan dengan kepala menyembul yang terlihat hingga bangku belakang.

Selama perjalanan, pikiran pun menegaskan kembali bahwa ia tak perlu berlebihan jika bertemu dengan pria itu. Bersikap biasa saja layaknya manusia memperlakukan manusia hanya saja manusia yang satu ini memiliki bonus wajah yang tampan.

Ya, ia hanya perlu bersikap normal jika ia bertemu lagi dengan pria itu besok.

Ya, ia hanya perlu bersikap normal jika ia bertemu lagi dengan pria itu besok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♥2 Januari 2021

Rhythm Project ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang