Tiga Permintaan (1)

651 49 3
                                    

Ada sebuah legenda terkenal yang sering diceritakan oleh orang tua dan pengasuh kepada anak-anak. Itu adalah legenda seorang penyihir bernama Merlin Hermes. Penyihir yang dapat mengabulkan tiga permintaan apapun bahkan menghidupkan orang mati.

Anak-anak Panti Asuhan di suatu desa terpencil sangat mengagumi Merlin Hermes meski hanya dari dongeng, mereka berandai-andai dapat bertemu dengannya. Tak terkecuali seorang anak kecil kurus yang malang ini, Amon, yang duduk di ayunan sambil mencubit kantong mata kanannya.

"Hei, lihat itu, jangan dekat-dekat dengannya!" kata salah seorang anak laki-laki pada anak-anak lainnya yang ada di sana.

"Benar, dia aneh dan gila. Setiap kali aku dekat dengannya, sesuatu dicuri dariku dan dia mengaku tidak mencurinya, huh dasar!" Anak perempuan di kelompok tersebut menyahut.

Mereka bergegas pergi seperti ngengat dilalap api dan meninggalkan Amon sendirian di taman belakang Panti Asuhan.

Amon mengabaikan perilaku mereka, dia sudah sering mengalaminya, jadi itu tak membuat perbedaan. Dia mengakui dirinya sedikit unik, jadi dia tidak cocok bersama mereka yang biasa.

Namun, dia tetaplah anak kecil yang masih dalam tahap pertumbuhan mental. Entah bagaimana, dia masih tenang meski hatinya berdenyut tidak nyaman. Dia bermain ayunan sampai bosan lalu menatap langit biru dengan awan seperti bulu domba halus.

Amon membayangkan dapat mencuri awan tersebut dan memakannya seperti es krim yang sering dia lihat, namun tak memiliki kesempatan memakannya. Sayangnya, dia tahu kemampuannya tidak memenuhi syarat mencuri sesuatu yang lebih besar daripada barang fisik untuk saat ini.

Amon sangat yakin kemampuan miliknya akan semakin kuat ketika dia dewasa sehingga bahkan dia dapat mencuri sinar matahari dan menggunakan.

"Itu pasti menyenangkan," ucapnya penuh semangat setelah berkhayal bebas.

Tiba-tiba, dia merasa gelap seolah ada yang menghalangi pandangannya. Amon mengernyit dan mencubit kantong mata kanannya lalu melihat siapa yang membuat bayangan besar.

Mata hitam pekatnya memantulkan bayangan seorang pria yang tampak karismatik seperti sarjana atau arkeolog. Pria itu memakai mantel hitam panjang selutut dan mengenakan topi setengah atas dengan warna yang sama.

Mata coklat pria itu menatapnya ramah lalu dia memanggil, "Nak, apa kau memiliki permintaan?"

Amon berkedip bingung sesaat sebelum mendapatkan pencerahan mendadak. Dia mengangguk lalu mengamati dengan cermat pria ramah tamah tersebut.

"Kalau begitu, apa permintaanmu?"

Iris hitam Amon berbinar. Dia menjawab dengan pasti, "Aku ingin kamu menculikku!"

Pria itu terkejut, tak menduga permintaan semacam itu, jadi dia bertanya sekali lagi, "Apakah itu permintaanmu?"

Amon mengangguk lagi tanpa menjelaskan.

Sudut bibir pria itu bergerak-gerak. Akhirnya memutuskan. "Baiklah, tetapi bisakah kau memberitahuku alasannya?"

Amon menjawab dengan patuh, "Mereka tidak menginginkanku. Aku tidak cocok bersama mereka."

Pria itu tampak bersimpati kemudian menelan penjelasan mentah anak malang tersebut. "Jika memang begitu, aku akan menculikmu." Sambil mengulurkan tangannya.

Amon menerima uluran tangan pria itu dengan senang dan sedikit kegilaan, dia berseru, "Tuan Penculik, apakah kamu adalah Penyihir Merlin Hermes?!"

Pria itu tersentak pada antusiasme dan kenaifan bocah imut ini, jadi dia membalas dengan jujur. "Itu benar, dan kau harus belajar berbicara dan bersikap sopan, nak."

Fanfic LotmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang