Dedaunan yang gugur, berserakan disepanjang jalan setapak menuju taman kota. Terdengar cukup berantakan, namun justru yang terlihat adalah hal sebaliknya. Daun-daun gugur itu hampir semuanya berwarna oranye dan sebagian dari mereka ada yang berwarna kuning, perpaduan warna yang sangat cantik.
Mengedarkan pandangan ke sekitar untuk menyadari jika tempat ini selalu sama, tak banyak hal yang berubah, terkecuali pengunjung yang hilir mudik berganti.
Langkah kaki yang sedaritadi menapaki alur jalan itu, kini berhenti didepan sebuah kursi panjang dan sang empu-nya menjatuhkan diri dengan nyaman disana.
Pandangannya didongakkan menatap hamparan awan biru nun jauh diatas sana, lalu kedua mata indah itu tertutup, menikmati angin yang bertiup membelai paras tampannya. Hari ini cuaca cukup dingin, tapi itu tidak masalah baginya, Ia akan menikmati semua hal yang terjadi disini sebelum Ia harus kembali pulang.
Sepuluh menit berlalu, kursi yang Ia duduki sedikit bergoyang. Tanpa membuka mata pun, Ia sudah sangat hapal siapa yang menempatkan diri disana.
"Late, as per usual." Gumamnya pelan.
Seseorang yang berada disampingnya tertawa kecil, anggun. "I know you've had enough with all of my apologies. So I bring this instead as an apology." Ia menggoyangkan totebag kecil yang sedaritadi dijinjing ditangan kanan, kedepan mata lelaki disampingnya yang masih asyik menutup mata. Hal itu membuat sang empu-nya membuka mata, merasa terganggu.
Tanpa mengintip isinya, Ia mengambil alih totebag itu, "Accepted." ucapnya sambil melirik tipis kearah perempuan disampingnya. Menurunkan tumpangan kaki, Ia menempatkan kedua lengannya diatas lutut seraya menunduk, menggoyangkan totebag ditangannya ke kanan dan kiri secara beraturan, menatap kosong daun-daun yang tertiup angin sore dibawahnya.
Tak ada kata yang keluar dari keduanya selama beberapa menit, sampai perempuan disampingnya menyerahkan sepucuk surat berwarna kuning pastel yang sangat dihapalnya diluar kepala. Ia masih tak bergeming "Here's the last letter you've been waiting for years." Jelas perempuan disampingnya, membuat lelaki itu menghela napas cukup panjang, sebelum surat tersebut berpindah tangan.
"Thanks." Ia menjeda, "For everything." Lalu tersenyum tipis kepada perempuan yang sudah berdiri didepannya, bersiap pergi.
"Nothing to thanks for, Josh. And.. nothing last forever. So you need to take a move. Please be happy and met me later with a good news." Perempuan itu melirik jam ditangannya sekilas, "I have something to do, and need to go now."
Joshua mengangguk maklum "Sure. Take care and see you, Linda."
Mereka berpelukan singkat sebelum perempuan yang dipanggil Linda itu benar-benar pergi meninggalkan Joshua sendirian disana. Ia menatap surat yang berada ditangannya, menghembuskan nafas lalu menatap langit seraya bergumam kepada dirinya sendiri,
"Shall I took a new journey from now on?"
***
Halo semuanya, aku sudah bernazar pada diriku sendiri untuk meng-upload semua draft yang terendap selama berbulan-bulan ke belakang, pada hari ini. Pada ulang tahun salah satu manusia favoritku di bumi; Joshua Hong.
Untuk diingat; cerita ini hanyalah bentuk fiksi dan tidak nyata terjadi. Apalagi berkaitan secara langsung dengan tokoh-tokoh yang akan muncul didalamnya. Cerita ini akan berisi tentang berbagai hal yang terjadi didalam hidup, untuk kita pelajari dan arungi bersama.
Dan demikian, cerita ini aku dedikasikan untuk Joshua, sebagai bentuk cinta kasihku untuknya. Maaf karena telah dengan sengaja dan tanpa izin mengambil gambaran dirimu untuk kujadikan fiksi ya, Jo. Ucapan terimakasih tak akan pernah putus terucap untukmu karena telah hadir dan mengisi hariku yang suram menjadi begitu cerah dengan adanya dirimu didalamnya. Terimakasih, selalu.
Once again; Happy Birthdays, Jo 🤍Please welcoming this story with a warm hand, and hope you will enjoy this!
Dec, 30th 2020
With love, Sasa.
