Terlihat dari atas sini, semua orang tampak sibuk berlalu-lalang meski dibawah terik sinar matahari sekalipun. Seakan tidak peduli pada rasa terbakar yang menerpa kulit, juga peluh yang membanjiri tubuh untuk sesuatu yang diatasnamakan sebagai kebutuhan hidup.
Satu kata syukur terucap begitu saja dari mulut lelaki yang saat ini sedang menikmati pemandangan jalanan siang ini dari balik jendela lantai empat yang dilengkapi air conditioner. Menu yang dipesannya dari cafetaria kantor telah tandas beberapa menit lalu.
Niatnya untuk menghabiskan sisa waktu istirahat dengan malas-malasan lenyap sudah, karena seseorang kini sedang berjalan ke arahnya memegang sebuah file yang bisa Ia tebak isinya.
Melemparkan file itu sembarangan ke atas meja, lalu tanpa meminta izin, minuman yang menganggur diatas meja langsung diteguknya sampai tandas, "Jakarta udah kayak neraka aja anjir! Panas banget." Omelnya.
"Kayak yang pernah ngalamin masuk neraka aja lo." Sarkas pria ber-nametag Joshua. Ia membuka pelan file yang tadi dilempar pria yang kini sedang mengomel didepannya.
"Ini kok konsepnya jadi berubah gini sih, Than?" tanya Joshua.
"Jangan panggil gue pake Than, kampret!. Gue jadi berasa disetan-setanin!" sungutnya, yang diabaikan oleh Joshua, "Nah itu masalahnya! Tadi gue nemuin klien niatnya buat nunjukkin contoh desain sama keputusan final, eh doi malah minta ganti ke konsep skandinavia₁. Padahal udah hampir selesai semuanya desainnya. Sial!"
Joshua masih mencoba membaca coretan-coretan tidak rapi milik Nathan di file tadi, "Terus tahu gak lo apa alasannya doi minta ganti konsep?" lanjut Nathan yang langsung menarik perhatian Joshua dari file terarah kepadanya.
"Apa?"
"Gara-gara dia nonton drama Korea! Apalah judulnya dia bilang tadi, gue lupa!" Joshua terkekeh pelan melihat Nathan yang terlihat sangat emosi didepannya, "Ngetawain apa lo?!" sungutnya.
"Lo kenapa seemosi ini? Padahal yang nanti ngerjain interior juga gue." melihat Nathan mengusap wajah frustasinya Joshua seakan teringat sesuatu, "Lo... habis ketemu dia?" tanyanya dengan menggerakkan dua jari diatas kepala seolah menggambarkan tanda kutip saat menyebutkan kata dia.
Nathan menghembuskan napas kasar, yang bisa Joshua simpulkan sebagai iya. Ia mengangguk-ngangguk paham.
"Gue bingung kenapa dia selalu ada dimana-mana, sih? Semesta kayaknya sengaja main-main sama gue."
"Lebay lo." Nathan melotot hendak protes, tapi Joshua meninggalkannya begitu saja disana. "Heh kampret! Mau kemana lo? Main tinggal aja!" protesnya sambil menyusul.
"Bahasa lo! Ini lagi di Kantor." tegurnya, "Daripada lo marah-marah, mending kasih tau tim buat siap-siap rapat dadakan bentar lagi."
Nathan terlihat hendak protes, tapi mengurungkan niatnya dan segera pergi berlawanan arah untuk memanggil anggota tim yang biasanya berada di lantai bawah saat jam menjelang jam masuk.
Joshua mengayunkan langkahnya sambil mengerutkan kening berpikir –menyusun strategi atas konsep perubahan permintaan kliennya tadi– dalam diam. Pun begitu, bibirnya tak henti menyunggingkan senyum manis kala berpapasan dengan beberapa rekan kantor yang menyapanya.
***
Saat Joshua mengumumkan tentang perubahan konsep yang diajukan oleh klien kepada timnya, mereka sontak kaget dan melayangkan protes karena mereka sudah mensurvei supplier untuk memenuhi penyelesaian desain yang hampir selesai. Tadinya jika persetujuan konsepnya disetujui hari ini, mereka akan langsung melakukan pemesanan dan merampungkan proyek sesegera mungkin. Tapi mau bagaimana lagi?

KAMU SEDANG MEMBACA
INTERWINED | Joshua Hong
Fanfiction"Our lives intertwined. Our stories merged."