Prolog

14 4 1
                                    

***


Namaku Prasetyo Tamara, sebagian orang memanggilku Tama. Umurku masih remaja, dan aku bersekolah di SMA Negri Nusa 1 yang berada di daerah Bogor

Tidak banyak yang aku sukai di sekolah,Menurutku ini hal yang membuat ku menderita setiap harinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak banyak yang aku sukai di sekolah,
Menurutku ini hal yang membuat ku menderita setiap harinya. Banyak orang orang yang memandang ku rendah gara gara rumor yang bertebaran

Dari mulai aku adalah anak haram, ayahku mempunyai simpanan, sering pergi ke club dan bermalam dengan wanita di sana. Itu semua berita memuakan yang terlontar dari mulut anak kepala sekolah yang kalah bertengkar dengan ku, ia sengaja mengada ada bukti agar aku terpojokan

"Eh itu si Tama itu ya? Yang ayahnya koruptor bukan sih?"
"bukannya ayahnya  itu narapidana ya? Jadi yang bener yang mana?

Itu lah bisik bisik ocehan murid murid lain saat ku melewati lorong menuju kelas, aku tidak menanggapi ocehan mereka karena memang aku peduli. Ku sumbat kuping ku dengan earphone sambil menaiki tangga

Sebegitu aku masuk ke kelas , banyak anak anak yang sudah datang juga tapi aku tak peduli, aku menelusuri meja meja menuju bangku di pojok belakang di tempat aku duduk

Aku duduk sendiri di kelas ini, tak ada yang mau berteman atau mengobrol dengan ku. Mereka bisa bisa jadi bahan omongan juga nantinya

Tak lama kemudia bel berbunyi, anak anak itu kembali ke tempat duduknya bersiap mengikuti pembelajaran

"ahhhh"
Aku menghela nafas, memejamkan mataku sambil ber tanya tanya

" sampai kapan ini akan berlangsung ?"



Aku menghela napas, aku sudah terbiasa di perlakukan seperti itu oleh Bagas.

"Bagas, hari ini lu yang piket bukan Tama."

Itu suara si ketua kelas, Diva. Dia baik, selalu menolong ku jika murid lain sedang jail padaku.

"Udah, Div. Gak apa-apa, biar gua aja."

Diva membetulkan posisi kacamata nya, dengan wajah yang sedikit kesal.

***

Triiiiiiinggggg

-
-

Lengtingan suara bel menyadarkan ku dari lamunan, tak terasa sudah waktunya pulang. Aku menatap buku ku yang kosong karna tidak mencatat apapun di papan tulis

Segera aku bereskan semua barangku ke dalam tas dan bergegas pulang. Sementara murid lain sibuk mengobrol untuk ikut eskul sehabis pulang sekolah

Ku tinggal kan kelas ku dan menuruni tangga saat aku berbelok ke lorong..

Brakk

" eh maaf maaf, sori banget aku ga liat"
Anak perempuan ini membungkuk minta maaf dan memumut buku yang jatuh

"eh udah gapapa biar gua aja"
Bantu ku membereskan bukunya

"maaf banget, tadi aku buru buru jadi ga liat."

Anak itu tersenyum?

"iya gapapa lain kali hati hati"
Anak itu pergi meninggalkan ku yang masih terpatung

Dari pakaiannya sih bukan dari anak sekolah sini, apa mungkin anak guru ya?
Tanpa ku sadari aku pun ikut tersenyum melihatnya, baru kali ini ada anak yang ramah pada ku

***

Hidup ku benar-benar tidak berwarna, aku sudah muak dengan semua ini.

Namun, dia hadir. Memberikan warna pada hidupku yang putih abu.

Senyum manis nya, suaranya yang cempreng namun halus, sapaan yang sangat bersemangat. Membuatku merasa senang.

Yah, aku mengharapkan mu

Yah, aku mengharapkan mu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


To be continue...
















Makasih udh baca^^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ADORE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang