Part 1

4 2 0
                                    

"Ayo cepat, pake baju ini! Eyke tunggu you di luar, yah!" titah seorang pria kemayu sambil menggibas rambut sok seksi, padahal rambutnya pendek.

"Kenapa saya harus pake baju kurang bahan dan kelihatan ketek seperti ini? Saya 'kan, cuma akan bekerja sebagai ART?" tanya seorang gadis manis dan polos yang berasal dari kampung.

"You jangan banyak tanya ini onoh!  Pake aja itu baju, lalu kita capcus, oke!" Pria kemayu itu bicara sambil mengipas wajah dan mengelus-ngelus rambutnya sendiri.

Gadis itu menurut meskipun tidak tahu akan dibawa ke mana oleh pria kemayu itu. "Baik, Om."

"Apa? Om?! Plis deh, ya ampiyun ... cantik, seksi, cetar dan menggelegar seperti ini disebut om? Panggil eyke Momy Nanda!" jelas pria kemayu itu sambil berlenggak-lenggok dan menggunakan suara ala wanita. "Tapi, kalau siang panggil aku Nando!" Suaranya berubah menjadi seperti laki-laki.

Gadis itu menganga saat mendengarnya. "Iya, Mamih, siap!"

"Hus! Momy bukan mamih! Ingat yah, mommmmyyyy ...." Pria kemayu itu memonyongkan bibirnya seperti ikan julung-julung.

***

Syaidah Alfatah, gadis yang baru lulus SMA itu pergi ke kota mencari pekerjaan untuk membantu perekonomian keluarganya.

Ayahnya Syaidah sudah tidak bisa bekerja karena penyakit bengek yang diderita sering kambuh dan umur sang ayah juga sudah tua.

Ibunya yang menggantikan sang ayah mencari nafkah. Beliau banting tulang bekerja serabutan demi membiayai sekolah Syaidah dan untuk makan sehari-hari.

Hampir semua pekerjaan dilakukan oleh ibunya Syaidah. Dari mulai dagang cireng isi sandal, sampai menjadi tukang kredit pakaian dalam keliling kampung.

Syaidah merasa tidak tega melihat sang ibu yang setiap hari harus bekerja demi kelangsungan hidupnya sekeluarga.

Ketiga kakak laki-laki Syaidah sudah menikah dan tinggal di luar pulau mengikuti istri mereka masing-masing. Mereka jarang sekali pulang.

Bukan mereka tidak peduli kepada orang tua atau kepada Syaidah, tetapi hidup mereka juga serba kekurangan. Makanya mereka jarang pulang.

Tidak mungkin mereka pulang ngesot dari luar pulau ke kampung halaman, mereka butuh ongkos. Boro-boro untuk ongkos pulang, untuk makan pun mereka selalu ngutang di warung tetangga yang bawelnya MasyaAlloh.

Setelah lulus SMA, Syaidah memutuskan untuk mencari pekerjaan. Padahal, gurunya bilang ia sangat pintar dan harus lanjut kuliah.

Syaidah memang ingin sekali kuliah untuk menggapai cita-citanya menjadi seorang dokter hewan khusus gorila, tetapi keadaan ekonomi tidak memungkinkan.

Akhirnya, Syaidah terpaksa harus mengubur cita-citanya itu di dalam sumur. Ia ke sana ke mari mencari pekerjaan.

Syaidah tinggal di pedalaman kampung yang jauh dari kota. Makanya, susah mencari pekerjaan. Ia ingin sekali mendapatkan pekerjaan yang gajinya lumayan.

Kemudian, ada seorang tetangga menawarkan pekerjaan kepadanya. Ada dua pekerjaan yang ditawarkan oleh si tetangga itu.

Pertama, menjadi babysister yang harus mengasuh anak kecil gemuk suka makan sejam tiga kali dan bandelnya tidak ketulungan, dengan gaji tiga juta sebulan.

Kedua, menjadi seorang asisten rumah tangga di rumah seorang pengusaha kuliner singkong goreng rasa keju, dengan gaji lima juta sebulan.

Syaidah pun memilih pekerjaan menjadi seorang ART karena gajinya menggiurkan. Ia belum pernah sama sekali pergi ke kota, tetapi demi kesejahteraan keluarga ia berani pergi ke kota tanpa berpikir akan mengalami nasib tragis.

SEPENGGAL KISAH WANITA MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang