Bagian 47

4.6K 358 16
                                    

Biasakan memberi vote sebelum membaca!

Happy reading!
_____________

"Morning, Cantik!"

Senyum manis itu tampak jelas tergambar di wajah Rayhan saat Farhana membuka matanya pagi ini. Aroma melati yang menguar dari segelas teh yang ada di tangan sang suami membuat mata Farhana yang awalnya masih mengantuk kini terbuka lebar. Matanya beralih pada jam yang menempel cantik di dinding kamar.

"Mas, Kok gak bangunin aku?" tanya Farhana pada Rayhan yang sepertinya baru pulang dari masjid.

"Gak tega! Tadi malam kamu kayak kesakitan banget," jawab Rayhan meletakkan gelas berisi teh melati di nakas samping tempat tidur.

Farhana tanpa sadar meraba perutnya yang rata. Secara tiba-tiba tadi malam Farhana merasakan nyeri hebat di perutnya saat tengah meringkuk nyaman di pelukan Rayhan. Saat mengecek ke kamar mandi barulah gadis itu tau jika penyebab sakit tersebut ternyata tamu bulanan yang datang tanpa diundang.

Rayhan yang tak pernah mendapati Farhana kesakitan seperti itu mendadak panik bukan main. Dengan tergesa pria itu merogoh kunci motor menuju minimarket dua puluh empat jam yang letaknya tak jauh dari rumah untuk membelikan sang istri obat penghilang nyeri.

"Masih sakit?" tanya Rayhan naik ke atas kasur dan mengmbil tempat di samping sang istri.

Farhana menggeleng, " Udah engga kok," jawabnya tersenyum bersamaan dengan Rayhan yang mencuri satu kecupan di pipi kanannya.

"Mas modus terus," protes Farhana bedecak dan Rayhan balas dengan derai tawa.

"Semalam rasanya tak pernah cukup." Rayhan membela diri dengan cengiran nakalnya.

Bibir merah Farhana mengerucut membuat Rayhan semakin gemas.

"Buat stock sayang. Tiga hari ke depankan kita bakal LDR," jawab Rayhan mengingatkan sang istri jika hari ini dirinya akan berangkat ke luar kota.

"Jadi berangkatnya sama ayah?" tanya Farhana.

"Jadi dong...," jawab Rayhan mengangguk.

"Tiga hari aja 'kan?" tanya Farhana memastikan.

"Iya sayang...! Kenapa? Takut rindu ya?" Rayhan mengedipkan sebelah matanya genit.

"Ish.. Mas Rayhan apaan sih?" Wajah Farhana bersemu merah membuat Rayhan semakin bersemangat menggoda sang istri. Tangan kanannya merengkuh pinggang sang istri dan mendekapnya erat.

"Mas Rayhan, ih! Mepet mulu," Farhana mencubit lengan sang suami yang melingkari pinggangnya.

Sejak mereka saling menyatakan cinta beberapa waktu yang lalu, Rayhan menunjukkan sifat aslinya. Manja dan kolokan. Hal yang Farhana tahu sejak dulu saat mereka masih SMA. Apalagi jika sudah bersama Eyang, kadar kemanjaannya Rayhan naik beberapa kali lipat. Kini setelah dewasa Rayhan memang tampak dewasa dan berwibawa jika berhadapan dengan karyawan maupun rekan bisnis. Namun saat di rumah citra baik sebagai seorang bos dengan wibawa dan pesona yang paripurna langsung hilang dalam sekejap saat sifat manjanya keluar. Membuat Farhana kadang geleng-geleng kepala seakan tak percaya jika si manja yang ada di hadapannya adalah boss dari ratusan karyawan yang bekerja di kantornya.

"Mau nagih morning kiss," ungkap Rayhan to the point.

"Heh?" Mata Farhana membola menatap Rayhan penuh tanya.

Rayhan tertawa kecil melihat wajah polos Farhana. "Please! I need a kiss," Rayhan bertingkah sok imut sambil memoyongkan bibir seksinya. Berniat menjaili sang istri.

Bukan Suami Impian (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang