Chapter 1

306 12 0
                                    

Jika takdir dapat ku tentukan, aku ingin takdirku bertemu denganmu dihapuskan.

Jika cinta dapat ku pilih kepada siapa jatuhnya, aku ingin jatuh cinta kepada dia.

Bukan kepadamu.

Tetapi takdir ku, cinta ku, semuanya telah jatuh.

Dan itu kepada mu, bukan kepadanya.

Haruskah aku menyerah?

Apa yang harus aku lakukan?

Aku lelah dengan semua ini...

      Tangan pria itu merengkuhku kedalam dekapannya, membuat aroma mint dari tubuhnya menguar tercium oleh indera ku. Ia mempererat rengkuhannya seiring bulir bulir krystal mengalir dari mataku, juga isakan isakan kecil yang tak menginginkannya pergi. Suara speaker menginterupsi kegiatan kami, memberitahukan bahwa kereta yang akan ia naiki akan segera berangkat. Memberitahukan bahwa ia akan segera pergi dari sisiku, dan membuat rengkuhannya terlepas berganti dengan jari jarinya yang mengusap pelan bulir bulir krystal yang mengalir dari mataku lalu ia megecup pelan keningku dan melangkah pergi menuju keretanya. Meninggalkan aku sendirian disini.

“Cepat kembali… aku akan menunggumu. Seberapa lama pun itu”

“Aku akan kembali lalu hidup bahagia bersamamu, jadi tunggulah aku. Jangan berpaling pada siapapun. Kau mengerti?”

“Ya, pasti. Kau juga, tidak boleh melirik gadis manapun walaupun mereka lebih segalanya dariku. Janji?”

“Tentu. Aku akan selalu menjaga perasaanku untukmu”

      Percakapan itu adalah percakapan terakhir kami sebelum ia pergi menuju New York seminggu yang lalu, itu berarti sudah seminggu ini ia tidak memberiku kabar. Apakah ia baik baik saja disana? Ataukah…hal buruk telah terjadi kepadanya? Aku harap ia baik baik saja karena aku akan selalu menunggunya disini. Aku akan selalu menanti kedatangannya. Aku akan selalu disini untuknya. Untuk ia yang telah berjanji akan kembali. Untuk dia orang yang aku cintai, Wu Yifan.

      Sudah sebulan setelah keberangkatannya, tetapi pria itu masih belum memberi kabar apapun kepadaku. Aku takut hal buruk terjadi padanya, aku tidak ingin kehilangan dia. Aku tidak ingin kehilangan Yifan-ku. Tapi, apa yang dapat ku lakukan? Aku hanyalah seorang gadis biasa yang tinggal di sebuah kota kecil di Negara bagian. Aku bukan siapa-siapa. Bagiku menyusulnya adalah hal yang tidak mungkin. Selain masalah biaya, aku pun tidak punya tujuan ke sana. Aku sudah tidak memiliki siapapun, hanya Yifan-ku dan Ziu Mei Li sahabatku yang sudah lama merantau ke kota. Jika mengingat Mei Li, sebenarnya di New York aku bisa menumpang di rumah Mei Li. Tetapi aku tidak memiliki alamat milik Mei Li dan aku tidak enak jika hanya menumpang tanpa melakukan apapun.

      Siang tadi secara kebetulan Ziu Mei Li menelepon ku, ia berkata akan membantuku keluar dari desa dengan alasan aku akan bekerja di kota bersama Mei Li. Eung…sebenarnya itu bukan alasan, aku memang akan mencari Yifan sambil bekerja di New York bersama Mei Li. Walaupun gaji disana tidak seberapa, yang penting aku tidak menjadi beban untuk Mei Li dan aku dapat menyusul Yifan. Berbicara soal Yifan, ini sudah dua bulan setelah kepergiannya dari tempat tinggal kami. Dan sampai saat ini ia masih belum memberi kabar apapun terhadapku. Aku takut ia sudah melupakanku, aku sangat takut kehilangan dia. Karena memang hanya ia lah yang aku punya, selain Mei Li tentunya. Untuk yang belum tahu Mei Li aku akan memberi tahu siapa ia. Mei Li adalah sahabat ku, ia memiliki beberapa kesamaan dengan ku dan ia adalah orang yang dapat membuatku nyaman selain Yifan, ia sudah seperti kakak bagiku, dan satu lagi ia dan aku sama sama sudah tidak punya orang tua.

      Aku dan Mei Li tengah duduk di sebuah taman di tengah kota New York. Mataku tak henti menyapu setiap inchi taman ini. Pohon pohon ek di tepi jalan, kolam air mancur, bunga bunga musim semi yang bermekaran, juga suara kicau burung menambah kesan asri taman ini. Tata letaknya sederhana tetapi mampu membuat orang orang yang berada di taman ini nyaman dan merasa tenang, taman ini sungguh berbanding terbalik dengan kota yang tidak pernah tidur ini. Taman ini mampu memberikan ketenangan di tengah hiruk pikuk kota yang padat. Sepertinya taman ini akan menjadi tempat kesukaan ku selama ada di New York, dan jika bertemu dengan Yifan nanti aku akan mengajaknya kesini. Berjalan-jalan, bermain sepeda, lalu memberi makan angsa angsa di danau. Aku jamin hal itu akan menjadi hal menyenangkan, dan menjadi hal manis yang takkan pernah ku lupakan.

KeulimjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang