part 2

1 0 0
                                    

Mina terus tersenyum di dalam kamarnya mengingat dia memiliki seorang ibu di sisinya tempat dia menceritakan segala keluh kesahnya tentang perjodohan ini.

Tak tak tak

Suara sepatu terbentur lantai itu masuk ke dalam pendengaran mina yang tengah duduk di depan meja riasnya. Mina segera keluar dari kamar menghampiri orang yg memaki sepatu itu.

"Woojin-naa, kau baru pulang..? " kata mina dengan senyum ciri khasnya hingga matanya tertutup.

Woojin yg hendak masuk kmarnya itu membalikan badan untuk menglihat wanita yg memanggilnya itu.
Setelah melihat mina yg tersenyum cerah ke arahnya dia hanya diam menatap tajam mina.

Saat hendak akan masuk ke kamarnya mina kembali bersuara
"Kau sudah makan, aku memasak makanan kesukaan mu" ucap mina dengn senyum yg masih belum memudar itu.

"Aku sudh kenyang" lalu masuk kedalam kamarnya. Tiga kata itu tidak membuat senyum manis yg sedari tadi tertera di wajah manisnya seketika memudar menggantikannya dengn senyum kecil sambil mengangguk dan menunduk.

Niat nya menunggu woojin yg pulang dr kantor untuk makan malam bersama sirna seketika. Mina menuruni tangga dengn mata berkaca-kaca dan senyum kecil di bibirnya.

Bibi nam yg melihat itu sedikit heran dan memutus kan untuk menghampiri mina yg sedang jalan turun dr tangga.
"Kenapaa..?"tanya bibi nam lembut, mina yg mendengar suara lembut itu mendongak melihat seseorang di depannya dan segera memeluk bibi nam erat dan terisak di dalam pelukan itu. Bini nam mengerti perasaan mina sekrng bahkan jika dia berada di posisi itu dia juga akan. Merasakan hal yg sama.

Setelah puas menangis di pelukan bibi nam mina mengajak bibi nam untuk makan malm bersama untuk makan menggantikan makn malamnya bersama woojin.

Woojin keluar dari kamarnya hendak ke garasi untuk mengambil berkas yg tertinggal di mobilnya. Langkahnya berhenti ketika melihat dua orng perempuan yg tngah berpelukan di bawah sana. Mendengar isakan kecil itu dia tau bahwa mina pasti menangis akibat perlakuannya yg selalu tak memperdulikannya. Dia merasa bersalah namun tak berani mendekat.jujur dia ingin dekat dengn istrinya itu namun tak bisa dengn selalu beralasan kerja kerja dan kerja. Dia tidak mempunyai pacar atau apapun itu, bahkan sekretaris nya lelaki.
Dia selalu pergi dri rumah ke kantornya hanya agar dia tidak melihat rasa kecewa istrinya itu.

                           🐦🐦🐦

Bloosem *park WoojinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang