O1.

12.8K 888 193
                                    

Aku berjalan membawa tas berisi pakaianku. Putus asa, SANGAT PUTUS ASA. Tiada angin tiada hujan—

"Ini maksudnya—"

"Kamu gak akan tinggal lagi disini." Ucap kerabatku dengan singkat, sembari mengasih kertas berisi alamat.

"Orangtua kamu bilang, Kamu akan tinggal disana. Sekarang waktunya."

"Tapi—"

"Cepet beresin barang-barang kamu." Aku melihat kerabatku meninggalkanku dengan kebingungan.

Sialan.

Aku memang bersyukur kerabatku memperbolehkanku untuk tinggal di tempatnya, aku juga sadar bahwa aku merepotkannya. Tetapi untuk mengusirku mengapa harus malam hari.

Aku menghela napasku, langsung mengemasi pakaian dan barang-barangku.

Aku keluar dari kediaman tempat kerabatku, melihat alamat yang diberi. Aku pun berjalan dengan pelan, perasaanku seketika berubah menjadi kesal.

"Yang bener aja, emang gabisa ngambil siang apa—ngusirnya tengah malem gini mana ini alamat gatau dimana, aigo shibal." Aku bergerutu kesal tanpa tahu jalan kemana.

Aku melihat ada tempat duduk khusus untuk menunggu bis. Tidak mungkin, ada bis yang lewat waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

Perumahanku ini tidak terlalu jauh dari perkotaan, tetapi untuk transportasi umum seperti bis jarang melewati kawasan ini saat malam hari.

Aku duduk di tempat penungguan transportasi umum, Aku menatap kembali kertas yang aku genggam tanpa memikirkan apa-apa. "ryomen..?"

Seketika aku mengingat perkataan temanku—"Kamu tau gak, ryomen sukuna? raja kutukan terkenal loh. Katanya kalo kamu ketemu sama dia dijadiin babunya."

"hah, raja kutukan? kamu baca novel apa lagi sih?"

"hih! ini legenda, kamu tuh ya gak peduli sama rumor yang beredar disini."

aku memutarkan bola mataku dengan malas, "terus, kalo kamu ketemu sama dia. Kamu mau apa?"

"gatau.. tapi aku denger-denger dia ganteng."

"orang gila—."

Mana mungkin, ryomen itu banyak—lagipula Aku tidak percaya soal ryomen ryomen itu lah.

Perlahan mataku mulai mengantuk, "apa tidur disini aja ya.."

Saat aku mengedipkan mataku, aku melihat sosok di sebrang berambut putih sedikit ada merah memakai kimono menatapku. "waduh halu nih." ucapku mengucek mataku.

Sosok tersebut masih ada di sebrang, aku menatapnya penuh bingung. "Siapa—"

Dia mendekatiku menyebut namaku,
"hah"—

dia perlahan mengusap kepalaku "tidurlah." Perlahan kesadaranku mulai menghilang tanpa mengingat apa-apa.




Aku membuka mataku, melihat sekitarku, aku sedang dimana—seharusnya aku takut. Tetapi karena sudah banyak kejadian suram menimpaku Aku hanya melihat sekeliling dengan malas, "Kok ada yang mau nyulik gue—."

Tiba-tiba ada seseorang memanggil namaku, suaranya membuatku merinding. Aura disekitarku perlahan berubah.

"hah siapa." Aku menatap sosok tersebut, sedikit mendongak. Posisiku sekarang duduk di lantai. Penampilannya bersurai merah muda, memakai kimono berwarna putih. Matanya berwarna merah dan ada tatto? di wajahnya.

"Manusia apa dia? tidak kenal denganku?." Tanyanya kepada seseorang yang aku temui saat di tempat penungguan.

"Ryomen, Ryomen Sukuna."







oh sukuna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang