Gadis berambut coklat kemerahan itu berlari kencang. Embusan angin menerpa wajah manisnya, mengabaikan hawa dingin yang menusuk tulang. Yang ada dipikirannya sekarang hanya berisi susunan kata maaf karena tak bisa sampai tepat waktu di tempat perjanjian.Ia menghentikan larinya, kedua tangan bertopang pada kedua lutut kaki. Gadis itu terengah. Syal hitam dengan corak putih yang melilit lehernya dirapikan. Kakinya melangkah ke arah sang pemuda berambut jelaga yang tengah bersandar pada salah satu pohon di taman sambil memainkan ponselnya.
"Tetsurou, maaf. Apa kau sudah menunggu lama? Tadi aku harus membantu nenek-nenek yang hendak menye—"
"Naa, [Name]," suara bariton Kuroo menginterupsi.
Gadis itu terdiam saat sang pemuda memotong perkataannya. Nada bicaranya terdengar sangat datar, gaya bicara yang mulai berubah sejak seminggu yang lalu. Yang biasanya terdengar hangat perhatian kini menjadi dingin tak peduli. Tanpa sadar, [Fullname] mengepalkan tangannya pada lengan panjang coat musim dingin berwarna merah yang ia kenakan.
"Ada apa, Tetsurou?" Tanya sang gadis [Lastname]. Ia tersenyum, mencoba menyembunyikan ekspresi sedihnya.
Melihat itu, sang pemuda berambut jelaga menghela nafas. Tangannya mengusap tengkuk canggung. Dan netra hazel tampak mengalihkan pandangan ke arah pohon sakura yang tertimbun salju. Kemudian pandangannya jatuh pada beberapa pasangan lain yang saling bergandengan dengan wajah bahagia.
"Aku bosan," ujar Kuroo.
Netra coklat membulat sempurna, jantung [Name] seakan berhenti berdetak. Kepalan tangan dieratkan, sebisa mungkin menyembunyikan kekalutannya. Otaknya mencoba untuk berpikir positif.
"A-ah, kau bosan dengan tempat pertemuan kita yang selalu sama? Kalau begitu ayo ganti tempat," usul gadis itu.
Kuroo berdecak. Pemuda itu melirik sang gadis berambut coklat kemerahan dihadapannya dengan tatapan jengah. [Name] menggigit bibir dalamnya. Menahan perasaan sesak yang menyelimuti dada.
"Aku mau kita putus, sampai disini saja. Terima kasih untuk dua tahunnya," kata Kuroo.
Kedua tangan [Name] bergetar. Gadis itu mengepalkan kedua tangan sampai buku jarinya memutih. Netra coklat menatap tak percaya pada sang pemuda berambut jelaga.
Kebisingan ibu kota yang selalu menemani harinya hilang seketika. Keheningan sunyi yang menyayat hati menyapa. Dunianya runtuh, tak lagi berwarna seperti saat semula. Kala benak memikirkan kalau nanti presensi sang pemuda berambut jelaga tak bisa ia raih seperti sebelumnya.
"Ke-kenapa?" Lirihan sang gadis membuat Kuroo menghela nafas untuk kesekian kalinya.
"Sudah kubilang aku bosan! Kau mengerti kata bosan tidak sih?" Ketusnya.
Bersamaan dengan itu, terdengar suara sopran yang memanggil Kuroo dengan riang dari arah belakang sang pemuda. [Name] hanya bisa menatap kosong ke arah gadis berambut ombre hijau muda yang kini tengah memeluk lengan mantan pacarnya dengan mesra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Year [Kuroo Tetsurou] | Haikyuu!!
FanficJantung memompa darah ke seluruh tubuh. Ada yang menetes tetapi bukan darah, juga bukan air mata. Tanpa aku ketahui, hatiku menangis akibat siksa. . "Kita tidak ditakdirkan bersama." Kuroo x reader WARNING!!: 17+ Sensitive content, anxiety disorder...