The Burn : Ruin

19 12 1
                                    

Judul : The Burn :  Ruin
Penulis : autumneeee


Aku berjalan pada tengah malam, sendirian, di sebuah hutan belantara. Gelap gulita, asing dan berbahaya. Beberapa saat yang lalu aku masih dapat melihat bulan purnama yang memancarkan cahayanya, tetapi kini sudah tak lagi.

Secepat itukah cahaya pergi? Apa dia tidak tahu aku masih membutuhkannya?

Kurasa aku sudah berjalan sangat lama, saking lamanya hingga kakiku sudah merasakan lelah yang luar biasa.

Tapi aku tidak boleh berhenti, tidak boleh, sedikitpun.

Aku tahu, sedari tadi mereka masih mengejarku. Yang aku tidak tahu adalah apa aku bisa lolos dari mereka atau tidak.

Walaupun rasanya terlalu sakit untuk melangkah lagi, tetapi aku punya alasan kuat untuk terus maju. Aku harus selamat, aku tidak boleh mati. Tidak, tidak pada dunia yang sama sekali tidak kukenali, tidak pada dunia yang asal usulnya tak kuketahui, tidak pada dunia yang hancur dan keji ini, tidak, aku tidak akan menerima satupun alasan untuk mati.

Namun, ketika tubuh sudah berkata sebaliknya, kita bisa apa?

Diriku terus memaksa berjalan, disisi lain tubuhku sudah tak sanggup.

Sejak memasuki hutan ini, sedikit demi sedikit indera-inderaku mulai menumpul, bahkan kesakitan.

Mataku terasa sangat berat, dingin, dan sedikit membuta, seluruh yang aku lihat seolah bergerak-gerak, aku tahu ini halusinasi, tapi dalam tingkat yang terlalu tinggi sehingga penglihatanku membuat kepalaku sakit.

Hidungku mencium bau tak sedap, yang membuat pedih di bagian dalamnya, dan udara disini seperti gas beracun, semakin lama, rasanya aku semakin sesak.

Kulitku yang tidak tertutupi oleh pakaianku serasa ditusuk tusuk oleh udara dingin yang berlebihan, mereka merasuki pori-poriku setiap kali angin berhembus di sekelilingku.

Pendengaranku pun tak luput dari gangguan, aku terus menerus mendengar suara suara aneh nan menyeramkan. Seolah aku berada ditempat yang amat ramai, padahal aku sendirian. Bisikan-bisikan gaib, tangisan kesedihan, teriakan penderitaan, sukses membuat bulu kudukku merinding.

Hanya indera pengecapku yang tidak mengalami apa-apa. Mungkin karena sedari tadi aku tidak membuka mulutku sedikitpun, aku tidak tahu apa yang terjadi jika aku melakukan yang sebaliknya.

Aku jadi ingat alasan mengapa aku rela berjalan di hutan sendirian, hingga mungkin sangat jauh.

Mungkin beberapa jam yang lalu, aku tidak tahu kapan itu terjadi. Entah pagi, siang, sore, atau malam. Karena selama aku berada disini aku tidak melihat matahari sekalipun.

Aku berada pada sebuah rumah yang sangat besar, menakutkan dan tak terurus. Rumah itu diterangi dengan cahaya lilin yang remang remang. Lilin-lilin itu menerangi setiap lorongnya.

Pada awalnya aku hanya penasaran dengan rumah itu, makanya aku menelusurinya. Hingga akhirnya aku menyesali rasa penasaranku...

Update Terbaru : Jambi,
30 Desember 2020

LAPAK PROMOSI (PART 2) - OPEN PROMOSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang