6 : Ballerina

2.2K 329 44
                                    

6 : Ballerina

.

.

Hinata menoleh ke arah matahari terbit dengan perasaan yang campur aduk.

Ia berdoa agar apa yang ia alami tadi malam hanyalah mimpi. Namun sekeras apapun ia berdoa, pada akhirnya ia harus mengakui jika semuanya itu nyata.

Setelah ini..... apa yang bisa ia lakukan?

Bagaimana ia harus menghadapi Sasuke?

Menghindarinya?

Lari darinya?

Hinata menyambut hari sambil menguatkan mental. Ia harus bersiap untuk menghadapi segala kemungkinan.

Namun..... Sasuke justru bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Dia bersikap sangat normal seolah interaksi mereka tadi malam tidak pernah terjadi.

Hinata bersembunyi di dapur dengan perasaan bingung sekaligus ragu. Ia adalah seseorang yang pemalu, ia tidak mahir dalam bersosialisasi. Ketika berhadapan dengan situasi yang rumit seperti sekarang, ia hanya bisa menunggu agar semua permasalahan bisa berakhir dengan sendirinya.

"Yo Hinata."

"Selamat pagi." Hinata tersenyum saat ia melihat Kakashi berjalan mendekat. Selama berada disini, Kakashi sangat baik dan sopan padanya. Itulah mengapa Hinata telah menganggap pria yang selalu mengenakan masker di wajahnya itu sebagai salah seorang temannya.

Kakashi meraih buah apel yang berada di atas meja. Dia beberapa kali melemparkan apel itu ke atas dan menangkapnya.

"Apa kau sudah sarapan? Hari ini Choji memasak bubur ayam."

"Nah~ aku sudah sarapan dari rumah tadi." Mata pria bermasker itu menyipit sebagai pertanda jika dirinya sedang tersenyum. "Bisakah kau mengambilkan pisau buah untukku? Aku ingin mengupas apel ini."

"Tentu."

Hinata berjalan ke sudut dapur dimana disitu tersimpan aneka macam pisau. Ia kemudian mengambil pisau buah berbahan stainless untuk diberikan pada Kakashi.

Namun saat Hinata mengulurkan pisau itu, buah apel yang tadinya merah dan utuh kini telah habis dimakan dan hanya menyisakan bagian tengah buah serta bijinya.

"......bukannya kau ingin mengupas apel?"

Kakashi tertawa lirih. "Mau bagaimana lagi, aku sudah tidak sabar menunggumu mencari pisau. Pada akhirnya langsung kumakan saja apel itu berserta kulitnya."

"......."

Apa katanya tadi? Tidak sabar?! Hinata hanya berpaling selama lima belas detik! Dan.... dan.... apel itu juga langsung menghilang! Bagaimana Kakashi bisa makan dengan begitu cepat?! Dan maskernya tidak berantakan sedikitpun!

Hinata menatap pisau dapur yang masih ia genggam. Rasanya ia sedang berada di dunia lain.

"Nah Hinata, ini saatnya kau bersiap-siap." Kakashi melemparkan sisa apelnya ke tempat sampah.

"Eh? Untuk apa?"

"Membeli ponsel."

"Kau mau mengganti ponselmu? Bukankah ponselmu yang sekarang baik-baik saja?" Hinata tahu Kakashi memiliki ponsel berwarna silver keluaran terbaru. Tidak hanya canggih, ponsel itu juga sangat mahal.

Kakashi menggoyangkan jari telunjuknya. "Bukan untukku, tapi untukmu."

Hinata mengerutkan kening, berusaha memahami perkataan Kakashi. "Untukku? Kenapa?"

Broken MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang