2 : Yuriko

2.7K 346 65
                                    

2 : Yuriko

.

.

Motel yang Hinata tempati bangunannya sudah lumayan tua. Langit-langit kamar yang rendah dan jendela yang berukuran kecil membuat kamar yang sempit ini terasa semakin sesak. Sprei bermotif teratai warnanya sudah luntur dari biru menjadi abu-abu, sedangkan kasur busa yang ia duduki terlihat rata di bagian tengah. Hinata tidak mempermasalahkan semua kondisi ini karena ia memang sengaja mencari motel dengan harga yang paling murah.

Gerimis yang telah mengguyur kota sejak siang telah reda. Mendung tebal menyelimuti langit dan menutupi keindahan bulan bintang.

Hinata tidak tahu apa yang bisa menyebabkan seorang ayah lupa pada anak kandungnya. Apakah waktu dan jarak sanggup mengikis perasaan kasih sayang dan hubungan darah?

Dan perempuan bernama 'Shion' itu.....

Siapa dia?

Mengapa ayahnya sangat protektif kepadanya? Ayahnya lebih memilih untuk mengusir Hinata tanpa mau menyelidiki kebenarannya. Bahkan ayahnya juga menampik semua kebenaran dan bukti-bukti yang dikatakan oleh Hinata.

Apakah tidak ada sedikitpun kecurigaan pada 'Shion' palsu itu?

Ataukah jangan-jangan.....

Suara pintu kamar yang diketuk memecahkan kesunyian. Hinata mencengkeram sprei. Tubuhnya tak bergerak sedikitpun. Motel ini sangat murah dan mustahil menyediakan layanan kamar bak hotel-hotel berbintang. Terlebih lagi ini sudah pukul sepuluh malam....

Ia juga tidak memiliki kenalan ataupun teman di kota ini sehingga ia tidak memberitahukan pada siapapun mengenai lokasinya saat ini.

Tok... tok...tok....

Suara ketukan itu terdengar kembali. Hinata mulai merasa takut. Ia tidak tahu siapa yang mengetuk pintu kamar itu dan apa tujuannya. Ia tidak berani membuka pintu itu. Bahkan untuk bergerak saja ia merasa takut. Keselamatannya seolah sedang terancam. Beberapa kali ia menonton film thriller yang menceritakan tentang pembunuh berantai yang mengetuk pintu kamar korbannya saat malam. Hinata takut saat ini ia tengah mengalami situasi semacam itu.

Mungkin seharusnya ia tidak datang ke kota ini.

Pada akhirnya dari balik pintu terdengar suara seorang wanita. "Nona Hinata, aku Natsu Hyuuga. Bisa kita bicara sebentar?"

Hinata mengenali suara wanita itu. Dia adalah wanita berambut pendek yang ia temui di kediaman Hyuuga tadi. Suaranya yang lembut dan elegan khas wanita kelas atas sangat mudah diingat.

Meski Hinata mengenali Natsu, ia masih enggan menemuinya. Tangannya memegang gagang pintu dengan perasaan takut bercampur ragu. Wajar jika ia merasa seperti itu, keberadaan Natsu disini sangat mencurigakan.

"Nona Hinata, ada yang ingin kukatakan padamu. Ini tentang ayahmu... dan juga identitas Shion."

Nama 'Shion' membuat rasa penasaran Hinata memuncak dan mengalahkan semua rasa takutnya. Dengan perlahan ia membuka pintu dan mempersilahkan Natsu untuk memasuki kamarnya yang sempit.

Natsu berpakaian sederhana namun tetap terlihat anggun dan elegan. Dia hanya mengenakan gaun hitam selutut dan blazer putih. Telinganya dihiasi anting emas dengan berlian berukuran kecil. Meski tampak sederhana, Hinata tahu apa yang dikenakan Natsu harganya jauh lebih mahal dibandingkan jumlah uang tabungan yang Hinata miliki.

Mata Natsu menyapu seisi kamar. Tidak ada kursi disini, hanya ada sebuah ranjang. Kamar ini sangat jelek, bahkan kamar pelayan di kediaman Hyuuga jauh lebih bagus dan luas dibandingkan ini.

Broken MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang