boy-friend

167 11 3
                                    

Enam bulan berlalu semenjak kepergian cinta pertamanya, waktu yang cukup bagi Jukyung untuk memulai hari-hari baru sebagai pelajar SMA tahun akhir yang penuh tantangan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Tugas yang lebih menumpuk, juga berbagai try-out persiapan ujian masuk perguruan tinggi. Kini dia yang sangat membenci belajarpun mulai terbiasa dengan rutinitas yang menyiksa. Sebenarnya kalau saja boleh mengeluh tentu saja Jukyung akan melakukannya, tapi mau apa? Memang begini sistem pendidikan yang diterapkan, memang begini yang dialami semua orang ketika menduduki bangku kelas 3. Tidak adil juga kalau dia seorang yang mengeluh, seperti berteriak keras di tengah bentara namun hanya ia seorang mendengar gaungnya.

"Ini!"

Buku pelajaran sejarah yang sedang dibaca Jukyung tiba-tiba saja ditindihi kemasan susu pisang. Dia melepas earpod dan mendapati Seojun sedang berdiri di depannya. Seojun nampak menyedot susu stroberi, ia tak lupa melampirkan senyuman tipis di bibirnya. Dialah orang yang menaruh susu pisang barusan.

"Kamu..." Jukyung mengernyit, dia menunjuk ke wajah Seojun, "Tapi kan.."

"Karena kamu suka susu stroberi, jadi aku yang meminumnya." potong Seojun.

Jukyung menghela nafas dan menggelengkan kepala. Tanpa protes, ia meminum susu pisang dari Seojun. Sudah lebih dari cukup baginya sampai terbiasa dengan keusilan temannya satu ini.

"Kamu sudah mengerjakan tugas sejarah?" tanya Jukyung.

"Memangnya ada tugas?" Seojun kembali bertanya.

"Han Seojun!!!" Jukyung menunjukkan wajah prihatin.

"Hahaha... Nanti kan bisa kukerjakan."

"Kamu ada waktu? Temani aku shopping, ya~"

"Kamu baru saja memintaku mengerjakan tugas, sekarang malah mencoba mencuri waktu berhargaku."

"Ayolah Seojun~~ Sua tidak bisa keluar karena hari ini dia sudah ada janji."

"Nope!" Seojun menarik buku sejarah milik Jukyung lalu melarikan diri dari ruang kelas.

"Ya! Han Seojun!!!!"

***

Setelah menyelesaikan jadwal piket sebagai manager tim basket, Jukyung bergegas melangkah pulang. Hari ini dia memutuskan untuk mengurungkan niatnya berbelanja. Walau sudah ribuan kali mendengar pujian orang-orang bahwa ia cantik, Jukyung masih tidak percaya diri dan takut ketika harus berjalan sendirian. Lagipula dia yang paling tahu kalau wajah cantik yang dipuji orang-orang adalah wajah full make-upnya, dia pasti tetap akan menerima cacian kalau seandainya saja wajah tanpa riasannya terungkap.

Angin semilir yang mengayun dedaunan di pinggir jalan menemani jalan pulang para murid. Musim gugur yang akan segera berakhir terasa amat jelas karena suhu yang semakin dingin. Jukyung mulai berpikir untuk mengenakan pakaian yang lebih tebal mulai esok.

Suara gas motor terdengar semakin dekat, Jukyung berhenti dan saat menoleh, Seojun sudah berada di sebelahnya dengan mengendarai sepeda motor. Seojun menaikkan kaca helm, kepalanya menekuk ke kiri.

"Kenapa kamu langsung pergi? Aku kan belum selesai latihan."

"Hm? Oh?" Jari telunjuk Jukyung mengarah ke wajahnya, ia kebingungan.

"Ayo naik, mau shopping kemana memangnya? Dasar merepotkan."

Jukyung tak menjawab namun ekspresi wajahnya bersinar, senyumnya melebar bahagia. Tanpa babibu, ia memasang helm dan naik di belakang. Tangannya melingkar di pinggang Seojun, perjalanan dimulai.

***

"Iya, cocok! Cocok!" komentar Seojun saat Jukyung keluar dari ruang fitting mengenakan one-piece gingham check.

tranquilityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang