Jawaban Yubin membuat jantung Jukyung berdetak tidak teratur. Pernyataan Yubin barusan langsung memenuhi seisi kepalanya. Pacar Seojun?
"Pa.. car?" pertanyaan Jukyung diakhiri dengan decakan.
Yubin menjawab dengan senyuman. Dari respon Jukyung barusan, ia bisa menyimpulkan bahwa perempuan yang baru ditemuinya ini bukanlah pacar Seojun. Kegelisahan yang tadi dirasakannya kini sirna.
"Kamu tidak punya mulut?" tanya Jukyung dengan nada tinggi, emosinya terpancing oleh tingkah Yubin yang nampak meremehkan.
"Pacar Kak Seojun, benar." ucap Yubin, "Itu rencanaku."
Mulut Jukyung terbuka, ia dibuat tak bisa berkata-kata. Hah? Baru berencana menjadikan Seojun sebagai pacar dan sudah berani-beraninya bertingkah seperti pemilik Seojun? Ia menyesal karena telah dipermainkan oleh gadis psikopat satu ini.
"Walaupun rencanamu tidak mungkin terlaksana, tapi..." Jukyung menjeda kata-katanya, ia mendekatkan wajahnya dengan Yubin, "Semangat, ya!"
Jukyung menyeringai, dinikmatinya wajah kesal Yubin untuk beberapa detik lalu kemudian memutuskan pergi ke depan pintu kamar Seojun.
"Seojun! Kau sudah ganti baju? Apa aku boleh masuk?"
"Iya, masuk saja." terdengar jawaban Seojun dari dalam.
Begitu Jukyung membuka knop pintu dan masuk ke dalam kamar, Yubin hanya bisa menahan rasa kesalnya di tempat. Tangannya mengepal dan giginya menggigit bibir bawah. Ia bertekad untuk mengetahui tentang Jukyung lebih dalam lagi dan bersikap waspada dengannya.
***
Malam hari, sekitar pukul tujuh. Sepasang kekasih tengah bergandengan tangan menyusuri pedestrian, mereka adalah Namju dan Sua. Hari ini Namju menyempatkan kencan walau katanya ia tengah diburu jadwal padat kampusnya.
"Aku merasa bersalah karena terlalu sibuk." Namju menghela nafas.
"Sebenarnya aku juga berharap bisa lebih sering bertemu." suara Sua terdengar penuh kecewa.
"Sua, boleh pinjam handphone-mu sebentar."
Mereka berhenti sejenak. Sua menatap Namju penuh tanya, namun tangannya refleks menyodorkan handphone. Namju menyambutnya, ia berjalan mundur sambil mengutak-atik handphone Sua.
"Untuk apa?" tanya Sua sembari mengikuti Namju.
Setelah beberapa saat, Namju kemudian melemparkan senyuman pada Sua. Ekspresi yang membuat Sua makin bertanya-tanya.
"Aku cuma mengganti nama kontakku." Namju menarik lengan Sua dan meletakkan handphone-nya di telapak tangan.
'Ayo segera bertemu', itulah nama Namju yang tersimpan di kontaknya. Sua tersipu, itu nampak dari pipi yang merona dan gestur tangannya yang menangkup ke pipi dengan cepat. Namju hanya tertawa dan kembali menggandeng Sua, mengantarkannya pulang.
"Sudah sampai. Terimakasih untuk hari ini." Tangan Sua sedikit tak rela saat harus berpisah dengan Namju.
"Aku juga sangat senang hari ini." Namju memberikan senyum lebar, "Sampai jumpa saat double date nanti."
Eh? Kalimat terakhir Namju membuat Sua tersentak. Dia baru ingat tentang 'double date' yang pernah dibahas beberapa waktu lalu. Yang Namju maksud adalah mengajak Jukyung dan Seojun untuk kencan bersama. Jujur saja, Sua sudah hampir lupa tentang hal itu. Ia tak menyangka kalau Namju masih mengingat wacana yang Sua kira hanyalah basa-basi belaka.
"Oh... Iya." jawab Sua tanpa sadar.
Namju tersenyum puas, ia melangkah mundur sambil melambaikan tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
tranquility
FanfictionHan Seojun, butuh waktu bagi Jukyung untuk menyadari perasaannya. Hari berlalu, musim berganti dan tanpa disadari lembaran diary masa muda mereka terukir bersama. Saya menulis fan-fiction ini berdasarkan karakter yang diciptakan oleh Yaongyi dalam...