Jukyung terdiam menatap wajah Sua yang sangat percaya diri. Dia mengedipkan matanya dua kali, entah kenapa ucapan Sua kali ini terdengar berbeda. Isi kepalanya melayang kembali kepada kejadian semalam, saat Seojun memeluknya dan membuatnya merasa paling aman. Malam tadi, rasanya hanya sebatas nyaman, tapi pagi ini, setelah mendengar kata-kata Sua, tiba-tiba saja dadanya terasa tergelitik. Pertanda apa ini?
"Jukyung!" Sua menepuk Jukyung, menyadarkan temannya yang sedang hanyut kebingungan, "Pacarmu datang! Aku ke kelas duluan, daaah!"
Sua berlari meninggalkan Jukyung, ia mengerdipkan sebelah mata dan menjulurkan lidah. Jukyung berbalik badan dan menemukan Seojun tengah berjalan mendekat. Postur tubuhnya yang bak model sangat menonjol bahkan dari kejauhan. Hari ini Seojun mengenakan jaket kulit warna hitam, tangan kirinya dimasukkan ke dalam saku, sesekali tangan kanannya memperbaiki posisi poni.
"Baru pertamakali lihat orang tampan?" tiba-tiba Seojun sudah ada di depan Jukyung.
"Cih." Jukyung tertawa, "Sekarang aku bahkan tidak bisa mencela bualanmu."
"Oooo!" Bibir Seojun membulat, ia menempelkan jari telnjuk ke pipi Jukyung dan lanjut berkata, "Sepertinya Im Jukyung sudah kembali!"
"Memangnya aku sempat kemana?" lontar Jukyung menyeringai.
"Kalau begitu Han Seojun juga harus kembali." Seojun melingkarkan lengannya di leher Jukyung, headlock!
"Ya! Han Seojun! Kau mau mati?!" jerit Jukyung.
"Hahaha..." Seojun melepaskan Jukyung lalu berlari kencang.
Jukyung yang tak habis pikir dengan tingkah Seojun pagi ini. Ia mengecek lehernya kemudian terkekeh menertawakan dirinya sendiri. Pagi yang sempurna untuk memulai sekolah.
***
Ketika lonceng istirahat berbunyi saatnya murid berbondong-bondong menuju kafetaria, Jukyung dan Sua salah satunya.
"Bagaimana? Bagaimana? Sudah yakin dengan Seojun?" tanya Sua setengah berbisik.
"Sua!" Jukyung melotot, "Ssst!"
"Ooh~ Melihat responmu, kali ini kamu sudah percaya dengan Seojun." Sua tersenyum.
"Sebenarnya aku tidak tahu." Jukyung meletakkan sumpit ditangannya.
"Jukyung, harus sampai kapan Seojun meyakinkanmu?" Sua ikut menjeda makan siangnya, "Lagipula dia tidak buruk, kan? Kamu pasti lebih tahu. Tidak ada orang yang diperlakukan Seojun lebih spesial lagi selain kamu."
Jukyung menciut, tidak ada yang diperlakukan lebih spesial selain dia? Kalau dipikir, sepertinya memang benar. Jukyung tidak pernah melihat ada perempuan lain yang cukup akrab dengan Seojun hingga bisa disebut 'teman' sepertinya. Tiap hari yang dilakukannya hanya bermain basket dan berkumpul dengan komplotan Chorong.
"Kamu mau mengulangi kejadian saat festival sekolah?" kening Sua mengernyit tidak setuju.
*flashback*
Satu persatu murid mulai meninggalkan sekolah setelah konser penutup festival SMA Sebom berakhir. Yang tersisa tinggallah para panitia penyelenggara. Jauh dari keramaian lapangan luar, Seojun dan Jukyung sibuk membereskan properti di ruang organisasi klub basket.
Setelah kurang lebih satu jam, Jukyung memilih duduk di kursi menghadap jendela yang mengarah ke halaman utama sekolah. Ia menyeka keringat dan menatapi Seojun yang masih sibuk di sudut ruangan, menyusun barang berat satu demi satu.
"Seojun, istirahat sebentar. Sejak kapan kau jadi rajin begitu, sih?" panggil Jukyung.
"Ya! Aku memang selalu rajin begini!" bantah Seojun, namun kakinya melangkah mendekat dan pada akhirnya bergabung melepas penat di samping Jukyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
tranquility
FanfictionHan Seojun, butuh waktu bagi Jukyung untuk menyadari perasaannya. Hari berlalu, musim berganti dan tanpa disadari lembaran diary masa muda mereka terukir bersama. Saya menulis fan-fiction ini berdasarkan karakter yang diciptakan oleh Yaongyi dalam...