Tiga tahun yang lalu, saat Rea duduk di kelas VIII SMP.
Ada salah seorang siswa laki-laki yang pintar dikelasnya, ia selalu menjadi yang terbaik diantara murid lainnya. Kejadian ini bermula ketika ia kesal karena untuk pertama kali Rea mengalahkan nilainya. Siswa itu akhirnya melakukan perundungan terhadap Rea, ia benci melihat Rea yang semakin unggul darinya. Rea yang saat itu memang dikenal pendiam pun tidak melakukan perlawanan sama sekali.
Perundungan itu berlanjut. Hingga pada akhirnya saat pembagian raport, Rea mendapat peringkat pertama, merebut posisinya. Siswa itu tidak terima, ia melabrak Rea saat pulang sekolah.
BRUKK!! Suara seperti benturan itu terdengar dari ruang kelas.
"Le-lepaskan aku!" Teriakan lemah itu keluar dari mulut Rea. Tubuhnya terikat di atas kursi, tak bisa bergerak.
Sementara dihadapannya, siswa itu berdiri. Ia mendekat dan menampar kuat pipi Rea.
"DIAM SIALAN!" Suara itu menggema di dalam kelas membut Rea menjerit tertahan.
"A-apa salahku?" Rea terisak. Matanya mulai berkaca-kaca.
Bagi seorang Rea yang pendiam saat itu, ia tak tau apa kesalahannya sampai-sampai seseorang menyiksanya seperti ini. Rea tak berani melawan, ia terlalu takut untuk melakukannya.
"Lo gak tau apa kesalahan Lo, ya?" Siswa itu menyeringai. "LO UDAH RAMPAS SEMUANYA DARI GUE! LO TAU ITU!"
Rea menggitit bibir bawahnya, menahan gemetar.
"Bisa-bisanya Lo ngehancurin semua yang udah gue bangun selama ini. DASAR CEWEK SIALAN!" Sekali lagi Siswa itu menampar Rea.
"Ini balasan dari gue buat Lo!" Siswa itu menutup mulut Rea dengan selotip, mencegah Rea mengeluarkan teriakannya.
Ia menjambak rambut Rea, menampar, dan memukul Rea. Terlihat banyak luka lebam di tubuh Rea. Siswa itu menyuruh Rea agar Rea mau mengurangi nilai-nilainya di semester depan. Itu dilakukan supaya siswa itu kembali menjadi yang terbaik dikelas.
Untuk seorang siswa laki-laki, kejadian ini benar-benar menjatuhkan harga dirinya. Namun ia gelap mata. Yang ia pikirkan hanyalah menjadi yang terbaik--walaupun harus menggunakan cara yang salah.
Rea menolak, ia telah susah payah belajar. Bagaimana bisa ia dengan sengaja mengurangi nilai-nilainya? Itu sama saja ia membohongi dirinya sendiri.
Melihat Rea yang melawan perintahnya, siswa itu semakin marah dan semakin menyiksa Rea. Rea meringis menahan sakit, matanya sembab, pipinya yang penuh lebam itu basah oleh air mata. Rea berharap ada seseorang menolongnya.
Saat itu, saat Rea benar-benar tersiksa, saat emosinya berkecamuk di dalam hati Rea. Kesadarannya mulai menipis. Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi. Rea tiba-tiba mengerang, tubuhnya yang terikat mencoba meronta-ronta, melawan. Tenaga Rea yang tadinya lemah seketika menjadi kuat, bahkan sangat kuat untuk ukuran gadis remaja.
Tali yang mengikat Rea terlepas. Rea membuka selotip dimulutnya, darah segar mengucur seketika. Mata Rea menatap tajam, dingin, menusuk, walau dengan ekspresi yang tenang. Keadaan jadi terbalik. Kini siswa itu terpojok, ia kaget melihat Rea yang bisa melepaskan diri dengan mudah.
Rea menghampiri siswa itu. Aura ruangan kelas menjadi menyeramkan.
Siswa laki-laki itu mendengus, tak menyangka akan seperti ini jadinya. Ia mencoba menampar Rea yang masih menatapnya. Refleks, Rea langsung mencengkeram tangan siswa laki-laki itu lalu membantingnya.
Siswa laki-laki itu terbanting, ia meringis berusaha berdiri. Berlari kearah pintu, mencoba membukanya, mencari jalan keluar. Namun, ia lupa bahwa pintu itu telah digembok olehnya sendiri. Nahas, kuncinya berada tak jauh dari tempat Rea berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
OLEANDER
Teen FictionBagaimana jadinya jika, seorang gadis berambut panjang yang cantik, pintar, dan selalu memikat hati para pria, justru memiliki rahasia yang benar-benar diluar dugaan? Dia adalah gadis yang spesial. Bukan karena kecantikannya. Bukan karena kepintaran...