🐻1 : Idol 🐻

763 80 23
                                    


Sorakan para fans menggema. Seluruh orang yang ada di stadion berteriak heboh. Lighting diatur sedemikian rupa menambah kesan mewah. Panggung megah di depan sana terlihat jelas walaupun hanya lewat layar besar. Satu persatu suara idolanya terdengar. Disambut teriakan para fans.

You can call me artist
You can call me idol
Anim eotteon dareun mweora haedo
I don’t care

Lagu berjudul Idol  langsung menggemparkan stadion. Bagi Ayas konser malam ini luar biasa. Dia bahkan terharu saat melihat stadion dari luar. Bangunannya besar dan kokoh. Bisa dibayangkan stadion sebesar ini bisa menampung ratusan orang. Inilah yang ditunggu-tunggu oleh dirinya. Menonton konser dan bertemu sang idola.

Sejak masuk SMA Ayas memang sudah menyukai boyband asal Korea Selatan ini. Bangtan Sonyeondan atau BTS kini mendunia. Bahkan tidak ada yang mengira jika boyband dari agensi kecil dapat meraih kesuksesan yang luar biasa.

Ayas, anak laki-laki berusia 16 tahun itu sangat berbangga hati menjadi bagian dari
Adorable Representative M.C for Youth atau ARMY. Menurutnya suatu kebanggaan dan kesenangan tersendiri. Terlebih karya-karya BTS bisa menjadi penyemangat dikala kesepian.

"Kim Namjoon! Kim Seokjin! Min Yoongi! Jung Hoseok! Park Jimin! Kim Taehyung! Jeon Jungkook! BTS!" seru Ayas sambil menggoyangkan ARMY bomb.

Kedua mata Ayas takjub melihat idolanya tengah menari di sana. Teriakan kembali terdengar saat layar menampilkan wajah V BTS. Sosok V yang menjadi panutannya.

"Taehyung!" Ayas kembali berteriak heboh.

Oh-oh-oh-oh…
Oh-oh-oh-oh-oh-oh…
Deonggideok kungdeoreoreo
Eolssu

Ayas ikut bernyanyi. Rela berdiri dari tempat duduknya hanya untuk melihat idolanya yang jauh di sana. Dunianya  terasa menyenangkan. Raut wajahnya terlihat bahagia sekali. Bahkan kedua matanya berkaca-kaca. Sederhana sekali definisi bahagia menurutnya. Hanya dengan melihat sosok idola sudah membuatnya hilang kewarasan.

Suara para member sejenak berhenti seiring dengan irama musik terdengar melambat. Sedetik kemudian lampu berkedap-kedip cepat, diiringi kembang api yang meluncur bebas di atas mereka. Penampilan yang luar biasa.

Semua ARMY berdiri memberikan semangat. Suasana semakin panas saat warna-warni dari ARMY bomb berubah secara otomatis. Sungguh mempesona, Ayas tidak akan melupakan malam ini. Walaupun selama konser harus beberapa kali mengelap ingusnya.

Penampilan idolanya menyanyikan satu lagu dengan penuh semangat. Semangat itupun menular pada Ayas. Bergerak dan bersorak mengikuti irama. Ruangan yang remang-remang menjadi panas. Rasanya pendingin ruangan tidak ada manfaatnya.

Napas Ayas terengah-engah. Nikmat sekalipun sesak. Dia tidak akan membiarkan idolanya lelah sendirian. Menari, bernyanyi, melompat ke sana ke sini hanya untuk fansnya.

Gerakan Ayas terhenti, bingung. Secara tiba-tiba layar di depannya mati. Ruangan yang ramai kini sepi dan gelap.

"Mati lampu? Yaelah! lagi asik-asiknya juga," keluh Ayas yang kini hanya bisa berdiri lesu tanpa gerakan.

Klik.

Ruangan kembali terang, Ayas celingukan seperti orang linglung. Dia belum sadar jika dirinya tidak sendirian. Ada sosok laki-laki yang berdiri di dekat pintu. Agas, Kakak Ayas yang tengah menahan kesal. Adik pertamanya ini tidak pernah jera.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LIFE GOES ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang