BAGIAN 4

173 23 8
                                    


🌠

Memasuki jam makan malam.

Semuanya sudah tampak berkumpul—duduk mengelilingi meja makan sambil sesekali bercanda ria. Berbagai macam makanan sudah tersedia di meja makan.

Jungmo berdiri dari kejauhan tanpa ada minat untuk bergabung bersama. Dia cukup tahu diri, sangat tahu diri. Dia tidak pernah sekali pun diterima dalam keluarga ini, tidak pernah sekali pun dianggap dan tidak pernah dipedulikan.


Jungmo menarik nafas dengan hati nyeri. Dia sakit, benar-benar merasa sakit dengan semua ini. Jungmo tidak mengerti mengapa dirinya harus seperti ini. Jungmo juga bagian dalam keluarga ini, Jungmo juga ingin dianggap.

Jungmo menunduk ketika merasakan air matanya perlahan mengalir membasahi kedua pipi tirusnya.

Semuanya ... terlalu menyakitkan.

Selama dia hidup, dia tidak pernah sekali pun mendapat kasih sayang dari ayah kandungnya mau pun ibu dan kedua saudara tirinya. Mereka terus memperlakukan dirinya seperti beban.

Jungmo masih termangu sambil memandang kosong ibu dan saudara kembarnya yang masih asyik tertawa menunggu kedatangan ayahnya.

Jungmo juga ingin berada dalam lingkaran bahagia itu.

Dia juga ingin bercanda dengan keluarganya.

Dia juga ingin diperhatikan.

Sebentar saja. Hanya sebentar, Jungmo ingin merasakan kebahagiaan itu. Jungmo rela memberikan segalanya asalkan dia bisa mendapatkan itu.

Jungmo membalikan tubuhnya, memutuskan untuk kembali ke dalam kamar tanpa peduli dengan perutnya yang mulai meminta untuk diisi.

Lagi pula, apa mereka mau menerima Jungmo untuk makan malam bersama?

Jungmo menutup pintu kamarnya lalu merebahkan dirinya di tempat tidur. Jungmo menatap langit-langit kamarnya dengan sorot hampa. Dia sesekali menghela nafas berat.

Pintu kamarnya tiba-tiba terbuka membuat Jungmo kaget lalu buru-buru bangun dari tempat tidurnya.

Itu neneknya, ibu dari ayahnya. Dia tersenyum dengan lembut sambil menatap Jungmo. Perlahan, dia mendekati Jungmo lalu duduk di pinggir tempat tidur Jungmo.

Nenek kapan sampai?

Jungmo mulai bertanya dengan isyarat tangan ketika neneknya sudah duduk.

"Baru sekitar lima belas menit yang lalu."

Jungmo mengangguk-anggukan kepalanya.

Neneknya tersenyum dengan lembut sambil mengelus rambut tebal Jungmo dengan sayang. Dia benar-benar menyayangi Jungmo, cucunya.

"Kamu sudah makan?" tanya Young Ae diikuti tangannya yang ikut bergerak.

Jungmo tersenyum tipis. Aku masih kenyang.

Young Ae mengangguk-anggukan kepalanya. Tangannya turun lalu menggenggam erat kedua tangan Jungmo yang hangat. Young Ae memandang Jungmo dengan sorot mata teduh.

"Berarti kamu belum makan, kan? Ayo, turun. Kita makan bersama." Young Ae mengajak yang langsung disambut gelengan kepala Jungmo.

Jungmo takut merusak suasana.

"Mengapa? Ada yang melarangmu?" tanya Young Ae dengan tatapan menyelidik namun Jungmo hanya membalasnya dengan gelengan pelan kepalanya.

"Aku tahu kamu belum makan sejak pulang sekolah. Ayo, kita makan bersama," bujuk Young Ae lagi.

Be With You ft. Koo JungmoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang