26/6/2018
.
Secangkir kopi mengawali minggu pagi yang cerah. Aromanya menyebak, menebarkan semangat bagi siapapun yang menghirupnya. Langit membentang berwarna biru, bersaput awan putih tipis, tampak selaras dengan matahari yang baru saja memancarkan sinar emasnya. Burung-burung bernyanyi dan menari. Wajah ceria menghiasi setiap insan yang beraktivitas pagi ini. Memasuki bulan musim panas. Berembun, tanpa hujan dan awan gelap. Minggu pagi yang sejuk bagi siapapun yang merayakannya.
.
Chandra mengangkat secangkir kopinya dari meja. Mendekatkan bibir cangkir itu di antara kedua lubang hidungnya. Menghirupnya dalam-dalam. Merasakan aroma yang masuk, menusuk organ intim dalam tubuhnya. Membakar semangat. Mengalirkan berbagai ide dan inspirasi. Chandra diam sejenak, merasakan. Membiarkan aroma itu mengalir ke atas, menyebar, memenuhi otak, serta membangunkan sel-sel saraf yang masih tertidur pulas. Setelah beberapa detik, ia menyeruput kopinya yang masih mengeluarkan uap panas beraroma khas. Kopinya memang masih Panas, namun tidak membuat lidah terasa asat atau bahkan melepuh.
.
Hari ini, merupakan hari yang sudah Chandra tunggu sangat lama. Hari ini ia memiliki janji. Janji yang sudah membuat ia menunggu 3 tahun lamanya. Janji itu tepat jatuh pada hari ini, tanggal yang sama, bulan yang sama, hanya saja harinya yang berbeda. Sebuah janji yang harus membuatnya menunggu sangat lama. Sebuah janji yang membuatnya mengerti 'betapa bosannya menunggu sesuatu'. Janji itu bukanlah soal wanita. Tidak ada sangkut-pautnya juga dengan cinta. baginya, janji itu lebih dari apapun yang ada di dunia. Janji itu tentang persahabatan. Persahabatan yang tak akan kalah oleh jarak dan tak akan lekang terhapus waktu. Ya, ia memiliki janji dengan sahabat kecilnya.
.
Sejak semalaman ia menanti datangnya pagi. Menanti sinar hangat mentari memasuki celah ventilasi, menerobos masuk melalui kaca jendela, seraya membangunkan seisi semesta yang semalaman tertidur pulas. Hingga pagi ini, ia masih terus bertanya: 'bagaimana kabar sahabat kecilnya di Bandung?' 'Apakah, hari ini ia sedang memikirkan hal yang sama dengan ku?' atau 'apakah ia sudah lupa dengan janji 3 tahun yang lalu?'. Berbagai macam asumsi memenuhi sel-sel kecil otak Chandra. Beberapa pikiran kini sedang mengancam ketenangannya. Masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang semestinya tidak ada, yang seharusnya tidak ia tanyakan pada diri sendiri. Pertanyaan tanpa jawaban. Semuanya masih mengambang; bagai sebuah rakit yang terombang-ambing di laut lepas, yang bisa saja rakit itu sampai pada sebuah pulau dengan selamat atau bisa saja tenggelam ke dasar laut dalam yang gelap.
.
Sahabat kecilnya? Siapa dia? Ada apa dengan kota Bandung? Apa yang terjadi 3 tahun lalu?
.
***
.3 tahun yang lalu.
26/6/2015.
.
Jakarta hujan deras pada pagi itu. Membasahi jalan, mengusir pengap panas ibu kota di awal musim kemarau. Hujan yang memaksa semua orang berteduh dan berhamburan kesana kemari mencari perlindungan. Semua orang panik takut kuyup, mereka tidak siap akan hujan yang tiba-tiba menyerang kota.
.
Ya, ini pertengahan bulan Juni. Hampir tidak ada hujan disetiap bulan juni. Pantas saja bila orang-orang tidak membawa payung, jas hujan atau alat pelindung lainnya.
.
Kala itu Chandra masih berusia 15 tahun. Tepat beberapa bulan setelah ia berhasil lulus dari sekolah menengah pertamanya dengan hasil yang bisa dibilang cukup memuaskan. Kini ia harus disibuki pendaftaran sekolah menuju tingkatan selanjutnya: SMA. Rumit memang. Tapi harus bagaimana lagi!?. 'Mau tidak mau, harus mau' Pikirnya.
.
Chandra kuyup terguyur hujan dadakan saat perjalanannya pulang dari rumah Ikhsan, sahabatnya. Sesampainya ia dirumah, ia langsung membilas seluruh tubuhnya dengan air hangat. 'Agar tidak pusing' pikirnya.
.
'Tingnongg.. Tingnongg..'
.
Bel rumahnya berbunyi ketika ia baru saja keluar dari kamar mandi. Chandra yang masih bertelanjang dada dengan hanya mengenakan kolor pendek bermotif bunga-bunga, ia berjalan menghampiri pintu. 'siapa yang bertamu kerumahnya di pagi hujan begini?' ucapnya dalam hati. Sambil mengeringkan rambut hitamnya yang kuyup dengan handuk, membuat rambut panjangnya tak beraturan, berantakan menutupi mata.
.
"Tingnonngg.. Tiingnoong.." bel itu berbunyi untuk kedua kalinya.
.
"Iyaa, sebentar" sahut Chandra setelah mendengar bel rumahnya berbunyi untuk yang kedua kalinya.
.
Sebelum Chandra membukakan pintu, terlebih dulu ia mengintip lewat jendela kecil yang berada tepat di sebelah pintu utama rumahnya. Ia memastikan terlebih dulu: siapakah yang bertamu di pagi-pagi begini?.
.
"Buset!!! Gila!!" Chandra kaget setelah ia tau siapa yang ada di di luar.
.
"Sebentar yaa!" ucap Chandra spontan. Tanpa pikir panjang, Chandra berlari menaiki tangga, menuju kamarnya yang ada di lantai 2.
.
"Bangke! kaget gua! Untung kaga langsung gua buka tuh pintu" ucapnya dalam hati setelah ia sampai di kamarnya. Jantungnya masih berdegup kencang. Chandra bergegas memakai kaos dan celana pendek yang setidaknya lebih pantas untuk dilihat.
.
Apa yang membuat remaja tanggung itu terkejut? Siapa dia? Ada perlu apa dia bertamu pagi-pagi?..
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear You
RandomBetapa susahnya memaksa hati untuk tidak mencintai terlalu dalam. Betapa mudahnya seseorang jatuh dalam lubang yang sama berulang-ulang. Mengarungi lautan rindu sendirian, tanpa tau kapan waktunya ia harus pulang, kapan waktunya ia harus istirahat...