Hari Jumat terakhir setiap bulan merupakan hari kebersihan untuk SMA Nekoma. Satu jam sebelum pelajaran jadwalnya kebersihan diadakan. Perkelas dibagi untuk membersihkan area tertentu dan untuk siswa yang jadwal piket kelasnya pada hari itu dikhususkan untuk membersihkan kelas saja.
Kelas 2-5, kelasnya (Name), mendapat jatah membersihkan kebun di halaman depan sekolah. Kebun tersebut lumayan luas. Rumput-rumput mulai pada tinggi, daun-daun tanaman yang gugur berserakan, dan ya intinya kebun itu sangat layak untuk dibersihkan.
Sekolah ini tidak memiliki tukang kebun karena untuk apa membayar tukang kebun jika memiliki siswa yang akan mengurusnya tiap akhir bulan, ditambah gratis pula 😀
Mari tepuk tangan untuk Pak Kepala Sekolah yang cerdas 👏👏 (Pak Kepala Sekolah: yeah, okey dokey yo is that true, yess)
Oke, maafkan saya untuk kalian yang ketrigger kolor maung. Mari lupakan dan kembali ke cerita.
Saat ini (Name), Yaku, dan Kuroo ditempatkan di halaman berumput untuk mencabut rumput-rumput yang sudah tinggi dan rumput liar dengan menggunakan tangan sambil duduk.
"Huh, kenapa dari dulu sekolah tidak pernah memperbanyak peralatan kebun, sih? Mencabut rumput sampai ke akarnya itu sangat sakit. Apalagi mencabut rumput yang akar serabutnya sangat lebat, butuh tenaga ekstra untuk mencabutnya," keluh Yaku sembari mencabut rumput ilalang di hadapannya.
"Justru karena itulah mereka tidak pernah memperbanyak alat. Jika menggunakan alat pasti hanya terpotong dua senti dari akar dan akan tumbuh lagi. Mending menggunakan tangan, tercabut hingga akarnya walau kadang merusak tanah seperti ini," jawab Kuroo sambil menenteng rumput liar yang baru saja dicabutnya. Rumput itu tercabut hingga akar dan sebagian tanahnya.
"Tapi tetap saja dicabut menggunakan tangan seperti ini rumputnya akan tumbuh lagi. Menyia-nyiakan adenosin trifosfat-ku saja," ujar Yaku sambil kembali melanjutkan mencabut rumputnya.
"Sampah rumput, sampah rumput." Kai datang membawa plastik polybag hitam yang besar ke arah mereka. Kebetulan rumput hasil cabutan mereka sudah menumpuk tinggi.
"Sebenarnya yang paling menyia-nyiakan adenosin trifosfat-nya itu Kai karena dia harus bolak-balik ngambil sampah rumput yang tentunya akan bertambah terus," celetuk Kuroo sambil berdiri lalu memasuk-masukkan sampah rumput ke dalam plastik polybag yang dibawa Kai.
Mendengar itu Yaku dan (Name) tertawa di tempat.
"Ya, tidak apa daripada nanti harus kerepotan membawa sampah rumput yang menumpuk mending nyicil," sanggah Kai santuy sambil tersenyum kalem. Kuroo hanya mengendikkan bahunya tanda masa bodoh.
Sampah rumput telah masuk semua. Kai pun kembali berjalan untuk menagih sampah rumput di area lain. Kuroo, Yaku, dan (Name) kembali ke aktivitas cabut mencabut mereka.
"Hei, menurut kalian ini tumbuhan apa?" tanya (Name) sambil menenteng tumbuhan yang baru saja dicabutnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.